TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, akan memberlakukan aturan pemakaian tas kerja yang terbuat dari bahan daur ulang buatan sendiri kepada semua karyawannya. "Nanti semua pegawai dan pejabat pemkab harus pakai tas bahan daur ulang buatan sendiri," kata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi kepada Tempo, Selasa, 25 Agustus 2015.
Selain itu, para ibu Dharma Wanita-nya juga harus menggunakan tas produksi sendiri. "Makanya jangan belanja tas merek dan buatan luar melulu," ujar Dedi.
Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Purwakarta Agus Rachlan mengaku tak masalah dengan ide dan terobosan yang dilakukan bosnya tersebut. "Atas terobosan yang positif, selaku bawahan, kami harus mengapresiasinya," tuturnya.
Saat ini, penggunaan tas yang terbuat dari bahan daur ulang buatan sendiri tersebut baru diberlakukan di kalangan anak-anak sekolah, dari tingkat SD hingga SMA dan sederajat. "Kami ingin mengajarkan soal inovasi dan kemandirian sejak dini," ucap Dedi.
Dedi mengatakan orang tua, para karyawan dan pejabat Pemkab serta ibu-ibu Dharma Wanita harus menjadi penyokong utama. Dengan demikian, program yang mendidik soal inovasi dan kemandirian serta pembangunan karakter budaya tersebut bisa dikawal bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat.
Baca Juga:
Dedi mengakui punya obsesi besar buat mewujudkan Purwakarta sebagai kota inovatif yang mandiri dan berkarakter budaya, terutama budaya Sunda. "Target kami, tiga tahun ke depan, cita-cita tersebut harus sudah terwujud," katanya.
Bukan cuma pembuatan dan penggunaan tas daur ulang, dalam upaya mengembangkan inovasi, kreativitas, kemandirian, dan pendidikan karakter, Pemerintah Kabupaten Purwakarta juga sudah menerapkan program masuk sekolah mulai pukul 06.00, mengaji dan menghafal selepas magrib, puasa Senin-Kamis, beternak kambing, bercocok tanam, dan berkebun di halaman rumah yang diwajibkan buat anak-anak sekolah.
Salah satu orang tua murid SD di Kecamatan Kiara Pedes, Elan, mengaku tak keberatan dengan program inovatif, kreatif, kemandirian, dan pendidikan karakter yang dibebankan kepada anak didik tersebut. "Sebab, hasilnya sangat positif. Anak-anak jadi lebih disiplin dan mandiri," ujar Elan. Ia sendiri, yang semula agak malas-malasan, sekarang terbiasa bangun pagi dan bisa salat subuh berjemaah yang semula sangat langka dia lakukan bersama anak dan istrinya.
NANANG SUTISNA