TEMPO.CO, Yogyakarta - Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Dwikorita Karnawati menyatakan peringkat universitas yang dibuat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi bukan untuk membuat pertarungan antar-universitas. Namun untuk menciptakan bidang-bidang unggulan yang tidak sama dengan yang lain. “Unggulan-unggulan ini untuk bersinergi, untuk menegakkan kedaulatan iptek di Indonesia,” ujarnya kepada Tempo, Selasa, 18 Agustus 2015. (Lihat Video ITB Dinobatkan Sebagai Perguruan Tinggi Terbaik Se-Indonesia)
Sebelumnya, berdasarkan hasil klasifikasi dan pemeringkatan perguruan tinggi di Indonesia oleh Kementerian Riset, UGM berada pada peringkat kedua setelah Institut Teknologi Bandung (ITB).
Menurut Dwikorita, peringkat yang diraih universitas tidak mutlak menentukan universitas yang bersangkutan menjadi yang terbaik. “Itu bergantung pada kriteria yang dipakai. Keunggulan kami di bidang kemahasiswaan serta pengabdian kepada masyarakat,” tuturnya.
Dia menambahkan, UGM pada dasarnya adalah kampus kerakyatan. “Kalau tidak ada kriteria kerakyatan, ya, tentunya kami tidak masuk,” katanya. Sebab, fokus dari seluruh kegiatan akademik UGM akan bermuara pada kepentingan masyarakat.
Saat ini, kata Dwikorita, kegiatan riset yang dilakukan UGM tidak berhenti pada publikasi semata. Namun berlanjut pada penerapannya di masyarakat. “Kerakyatan itu sudah lebih tinggi dari penelitian.”
Namun Dwikorita mengakui UGM memiliki beberapa kelemahan, salah satunya terkait dengan perbandingan jumlah sumber daya manusia yang dikelola dibandingkan kampus lain. “Kami harus mengelola 55 ribu mahasiswa. Ini menjadi keunggulan sekaligus kekurangan UGM,” ucapnya.
ALI N.Y. | RADITYO KUSWIHATMO | NAIMATUR R.