TEMPO.CO, Surabaya - Bakal pasangan calon petahana Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana saat ini masih memimpin dengan elektabilitas di atas 60 persen. Risma-Whisnu unggul jauh dari lawan-lawannya yang hanya berada di bawah 10 persen, baik secara pribadi maupun berpasangan.
"Survei itu saya lakukan saat bulan puasa kemarin sekitar bulan Juni 2015," kata Direktur Pusat Studi Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (Pusdeham) Mohammad Asfar ketika dihubungi Tempo, Selasa, 18 Agustus 2015.
Elektabilitas Risma-Whisnu, kata Asfar, dapat naik menjadi 70 persen. Sedangkan untuk pasangan calon di luar Risma-Whisnu, maksimal hanya dapat mencapai sekitar 30 persen saat menjelang coblosan. "Itu pun kalau calon lawan Risma melakukan kerja-kerja politik secara maksimal dalam kurun waktu tiga bulan," ujar dia.
Asfar menjelaskan jika ingin menyaingi Risma, maka bakal pasangan calon penantang Risma harus mulai melakukan aktivitas-aktivitas yang langsung berhubungan dengan para pemilih. Sebab, ia menilai selama ini penantang Risma masih disibukkan dengan menyiapkan "kendaraan" politik untuk maju dalam pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya, sehingga masih berusaha melakukan kesepakatan politik di tingkat elite.
"Ini karena tingkat kepuasan kerja Risma sudah mencapai 70 persen, sehingga pasangan penantang harus kerja keras," ujarnya.
Asfar mengatakan masyarakat Surabaya menilai kinerja Pemerintah Kota Surabaya dalam menata kota berhasil. Masyarakat sangat menyukai upaya Pemerintah Kota Surabaya dalam hal penataan kota, seperti penghijauan, bidang kesehatan, maupun pendidikan.
Masyarakat Surabaya, menurut Asfar, tidak hanya puas dengan kinerja Risma selama lima tahun menjabat Wali Kota Surabaya, tetapi sejak Risma menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya di era Wali Kota Surabaya Bambang Dwi Hartono. "Ini yang menyebabkan masyarakat puas terhadap Bu Risma," ujar Asfar.
Adapun pasangan calon penantang Risma yang munculnya tiga bulan menjelang pilkada, masyarakat Surabaya masih belum mengenal dan memahami pasangan penantang tersebut. Selain itu, mepetnya waktu untuk mengenalkan pasangan calon penantang kepada para calon pemilih juga membuat alasan mengapai pasangan calon penantang Risma tersebut memiliki elektabilitas yang rendah. "Jadi, ini bukan masalah calon penantang Risma itu tidak berkualitas, tapi hanya karena masalah waktu," ujar Asfar. (Lihat Video : Antisipasi Calon Tunggal, KPU Diharapkan Beri Kelonggaran Pada Calon Independen )
EDWIN FAJERIAL