TEMPO.CO, Jakarta - Perwakilan suku Baduy menghadiri upacara peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke-70 di Istana Merdeka, Senin, 17 Agustus 2015. Mereka menempuh perjalanan selama tiga hari dari Dusun Cibeo, Kabupaten Lebak, Banten, sampai di Istana.
"Setelah menempuh perjalanan tiga hari, saya sampai di Istana Merdeka jam 06.00 pagi tadi," ujar Mursyid, perwakilan masyarakat Baduy, di Istana Merdeka. "Ya, saya datang karena leluhur kami juga ikut memperjuangkan kemerdekaan."
Dalam upacara kemerdekaan tahun ini, Presiden Joko Widodo mengundang masyarakat Baduy Dalam. Mursyid datang ke Istana Merdeka dengan busana khas sukunya. Berbeda dengan undangan lain yang mengenakan pakaian setelan formal, Murysid bisa masuk ke Istana tanpa alas kaki. Ia hanya mengenakan kaos putih dan ikat kepala putih serta tas rajut yang dikalungkannya.
Mursyid sangat menghargai undangan dari Presiden Jokowi. Sebab, kata dia, Jokowi sangat peduli terhadap suku pedalaman dan menganggap suku pedalaman adalah bagian dari kekayaan nusantara. Pria 40 tahun itu juga meminta Presiden memberikan regulasi khusus untuk kelestarian masyarakat Baduy.
"Tentu masyarakat seperti kami butuh pengakuan kesejahteraan dan kelangsungan hidup. Sekaligus kami merasa hak hak adat kami, seperti agama Sunda Wiwitan, bisa dimasukkan dalam kartu penduduk kami," ujarnya. "Mohon disampaikan supaya ada respons positif dari Bapak Presiden."
Selama di Jakarta, Mursyid menginap di berbagai tempat. Usai menghadiri upacara, Mursyid lantas kembali ke Cibeo dengan berjalan kaki. "Total pulang pergi bisa mencapai satu minggu," ujarnya. Menurut kepercayaannya, batas waktu masyarakat Baduy Dalam ke luar daerahnya hanya sepekan.
REZA ADITYA