TEMPO.CO, Bengkulu - Pada peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke -70, Wakil Gubernur Bengkulu Sultan Baktiar Najamudin mengatakan menjadi pemimpin saat ini berat. Banyaknya tuntutan masyarakat di tengah kompleksnya persoalan di negeri ini, kata dia, membuat pemimpin tak bisa bertindak sembarangan.
Hal tersebut disampaikan Sultan saat mewakili Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah memberikan sambutan pada pembagian remisi Hari Kemerdekaan di Lapas Klas II Malabero Kota Bengkulu, Senin 17 Agustus 2015.
“Menjadi pemimpin pada era transisi seperti saat ini sangat berat. Tuntutan masyarakat sangat banyak. Maka pemimpin harus berkerja sangat keras, melalui kerja yang kreatif dan inovatif,” kata Sultan.
Menurutnya, makna kemerdekaan sesuai dengan makna kebangsaan yakni menciptakan masyarakat yang sederajat. Maka dari itu pemimpin harus mampu menjawab semua tantangan dan mampu menampung semua kepentingan masyarakat tanpa membedakan agama, suku dan ras.
“Kemerdekaan perlu disyukuri dan menjadi milik semua warga masyarakat termasuk warga binaan. Terutama mereka (warga binaan) yang telah berprestasi dan memenuhi syarat seperti yang telah ditentukan,” ujarnya.
Selain memenuhi hak-hak warga binaan, manfaat dari remisi adalah mengurangi tingginya tingkat hunian lapas saat ini.
Sementara itu Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Bengkulu Dewa Putu Gede mengatakan pada hari ini diberikan remisi sebanyak 1.132 orang narapidana dan sebanyak 28 orang hari ini mendapat remisi bebas.
“Harapan kita para warga binaan terutama yang langsung bebas pada hari ini dapat kembali ke masyarakat dan menjalani hidup yang lebih baik,” ungkapnya.
Remisi umum diberikan kepada para tahanan dengan pengurangan antara satu bulan sampai dengan tiga bulan. Sedangkan remisi dasawarsa diberikan kepada seluruh narapidana, dengan pengurangan sepuluh hari sampai dengan tiga bulan.
PHESI ESTER JULIKAWATI