TEMPO.CO, Cirebon - Sejumlah tukang jagal di rumah potong hewan, kota Cirebon ikut mogok. Akibatnya pasokan daging sapi ke pasar tradisional menjadi terganggu.
Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional di Kota Cirebon seperti Pasar Kramat, Pasar Pagi dan Pasar Kanoman, hanya ditemukan satu pedagang daging sapi di masing-masing pasar tersebut. “Padahal sehari sebelumnya pedagang sapi masih berjualan seperti biasa,” kata Syarif, Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kota Cirebon, Selasa 11 Agustus 2015.
Pada Senin 10 Agustus 2015 pedagang sapi di pasar tradisional yang ada di Kota Cirebon masih berjualan dengan normal. “Penyebabnya karena RPH di Batembat semalam tidak potong sapi,” katanya. Tukang jagalnya melakukan mogok karena menginginkan sapi impor bisa masuk lagi dengan bebas.
Karena penjual daging sapi hanya seorang di masing-masing pasar, otomatis harga daging sapi pun kembali naik. Jika sehari sebelumnya hanya Rp 120 ribu/kg, kini sudah naik di kisaran Rp 130 ribu hingga Rp 140 ribu/kg.
Sementara seorang tukang jagal di Rumah Potong Hewan (RPH) Batembat Kecamatan Tengahtani Kabupaten Cirebon, Satori, mengaku semalam mereka sepakat untuk tidak memotong sapi. “Ini sebagai aksi solidaritas terhadap teman-teman kami di daerah lain,” kata Satori. Mereka menginginkan pemerintah tidak membatasi sapi impor masuk ke Indonesia.
Akibat kebijakan pemerintah tersebut membuat harga sapi impor menjadi naik. Biasanya harga sapi impor hanya di kisaran Rp 35 ribu hingga 38 ribu/kg timbang hidup. Namun kini naik menjadi Rp 48 ribu/kg timbang hidup. “Stoknya pun saat ini sudah tidak ada,” kata Satori.
Sapi impor menurut Satori lebih disukai oleh jagal karena selain harganya yang lebih murah juga karena sapi nya lebih gemuk.Dengan adanya pembatasan impor membuat harga sapi impor jika sudah menjadi krakas atau dipotong menjadi Rp 96 ribu/kg. “ini berarti sama dengan harga sapi lokal yang mencapai Rp 98 ribu/kg,” kata Satori. Padahal sebelumnya harga sapi impor jika sudah menjadi krakas atau dipotong hanya Rp 70 ribu.
Rencananya nanti malam, lanjut Satori, mereka akan kembali memotong sapi seperti biasa. “Tapi tergantung kondisi nanti malam,” kata Satori.
Sementara itu kepala unit RPH Batembat, Hasan Tuba, membenarkan adanya aksi mogok yang dilakukan sekitar 15 jagal yang beroperasi di RPH tersebut. “Pasokannya sebenarnya mencukupi. Aksi mogok semalam hanya sebagai bentuk solidaritas saja,” katanya. Bahkan saat ini pun menurut Hasan mereka masih memiliki stok 60 ekor sapi hidup yang siap untuk dipotong.
Sementara itu Kepala Sub Divisi Bulog Cirebon, Miftahul Ulum mengungkapkan jika hingga kini belum ada perintah untuk melakukan operasi pasar terhadap daging sapi. “Kami akan koordinasi dulu juga dengan dinas perdagangan terkait,” kata Miftahul.
Aksi tutup lapak dilakukan pula para pedagang daging sapi di Subang, Jawa Barat. "Baru tutup mulai hari ini," kata Ifan, pedagang daging di pasar baru Terminal, Selasa, 11 Agustus 2015.
Sehari sebelumnya dia masih sempat berjualan tetapi dengan stok yang sangat terbatas. "Sebelum tutup, Senin, 10 Agustus 2015, harga jualnya Rp 120 ribu per kilogram," katanya.
Meski mogok, Kepala Bulog Subdivre Subang, Dedi Supriyadi, mengaku belum mendapatkan mandat untuk melakukan operasi pasar. "Kami belum mendapatkan mandat dari pusat. Dan permintaan operasi pasar dari Pemkab Subang dan Purwakarta, " katanya.
IVANSYAH | NANANG SUTISNA