TEMPO.CO, Yogyakarta - Gunung Merapi yang berstatus aktif normal mengalami gempa guguran sejauh 900 meter pada pukul 07.54, Selasa, 11 Agustus 2015. "Terjadi gempa guguran di kubah lava 98 sektor barat," kata Kusdaryanto, Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta, Selasa, 11 Agustus 2015.
Guguran material vulkanis itu mengarah ke hulu Kali Lamat yang masuk ke wilayah Magelang. Guguran tersebut terpantau dari pos pengamatan Merapi di Klatakan dan Pusung London.
Menurut dia, gempa guguran ini tidak mengkhawatirkan. Guguran itu terjadi karena Merapi merupakan gunung api aktif yang selalu beraktivitas. Masyarakat pun diminta tidak panik atau khawatir terjadi erupsi.
Data kegempaan di balai itu menyebutkan pada minggu lalu juga terjadi 20 kali gempa guguran. Jarak luncuran mencapai ratusan meter dari puncak Merapi. "Ini hanya guguran biasa," ujarnya.
Terjadinya guguran itu disebabkan faktor cuaca. Pada musim kemarau ini, kondisi di puncak sangat kering, sehingga material bekas erupsi mudah terlepas dan juga terjadi longsor. Hal ini tidak disebabkan tekanan dalam magma.
Ia menambahkan, material yang menjadi guguran itu terdiri atas batu, abu, kerikil, hingga bongkahan batu besar. Guguran itu tercatat pada alat seismik yang dipasang di sekitar gunung.
Tony Wijaya, Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Yogyakarta, menyatakan musim kemarau tahun ini diperkirakan hingga Oktober. Sedangkan hujan baru akan mengguyur pada awal November.
Bahkan, hingga 10 Agustus 2015, Sleman mengalami 60 hari tanpa hujan sama sekali. Gerimis pun tidak tercatat terjadi di wilayah ini. "Pengaruh El Nino mengakibatkan terjadinya perubahan iklim," tuturnya.
M. SYAIFULLAH