TEMPO.CO, Bandung - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan para guru pengampu mata pelajaran kesenian harus mampu mencetak anak-anak yang imajinatif serta mampu memanifestasikannya dalam sebuah karya. Pendidikan seni sangat penting untuk menumbuhkan kreativitas dan karakter anak Indonesia.
"Guru seni harus melatih anak-anak menjadi pemikir, bukan penghafal. Stimulasi kesenian membutuhkan guru-guru kreatif," kata Anies saat ceramah di hadapan para guru dan seniman di kampus Institut Seni dan Budaya Indonesia Bandung, Kamis, 6 Agustus 2015.
Saat ini satu dari persoalan-persoalan dunia pendidikan Indonesia adalah kurangnya guru yang memilki metode mengajar yang kreatif. Dampaknya, anak-anak di Indonesia kurang imajinatif dalam memecahkan sebuah masalah.
Anies mengilustrasikan hal tersebut dengan pengalamannya saat berhadapan dengan para siswa di sekolah dasar. Ia mengajukan dua pertanyaan kepada sejumlah siswa pada satu kelas tentang soal perkalian dan soal membuat pantun. "Saat saya menanyakan soal 7 X 8 berapa, semua siswa menjawab 56. Tidak ada satu pun yang punya jawaban lain," kata dia.
Dalam konteks pendidikan kesenian, para pendidik acap kali masih menciptakan nuansa kompetisi. Padahal, menurut dia, tujuan berkesenian adalah menciptakan manusia yang mampu berkreasi dan mampu mengapresiasi karya seni. "Kompetisi sering menjatuhkan kreasi. Sering kita mengadukan karya dalam lomba. Namun yang harus didorong adalah kreasi, jangan kompetisi," kata dia.
Selain itu, ia mengatakan untuk menghidupkan jiwa berkesenian dan semangat berkreasi di kalangan anak-anak Indonesia, sekolah harus membuka pintu selebar-lebarnya bagi para seniman. Hal itu bermanfaat untuk membuka ruang interaksi antara seniman dan para siswa.
"Undang para seniman masuk ke sekolah dan biarkan siswa berinteraksi dengan mereka. Begitu banyak yang dapat didapatkan oleh anak-anak dengan berinteraksi dengan orang yang menginspirasi," kata dia
IQBAL T. LAZUARDI S