TEMPO.CO, Jombang - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur akan menghukum pengurus cabang yang tak satu suara dalam Muktamar NU ke-33. Sejumlah cabang dilaporkan membangkang dengan menolak Ahwa sebagai mekanisme pemilihan Rais Aam.
Rais Syuriah PWNU Jawa Timur KH Miftahul Ahyar mengatakan terjadi upaya penggembosan terhadap barisannya, sehingga membuat suara Jawa Timur tidak bulat. Hal ini terungkap dalam pemungutan suara forum Syuriah saat menentukan mekanisme Ahwa dalam pemilihan Rais Aam kemarin. "Ada bom-bom yang berupaya menjebol kami, meski sudah berupaya mati-matian mempertahankan," katanya, Rabu, 5 Agustus 2015.
Baca Juga:
Dia merasa heran dengan sikap sejumlah cabang yang membelot. Padahal sebelumnya telah terjadi kesepakatan bersama untuk mendukung metode pemilihan Rais Aam melalui mekanisme Ahwa. Namun yang terjadi para cabang-cabang justru melakukan pembicaraan pinggir jalan, sehingga suara Jawa Timur dalam pemungutan suara forum Rais Syuriah di Pondok Pesantren Denanyar kemarin tidak utuh.
Menurut catatannya, sebanyak 18 cabang konsisten dengan sikap PWNU, 19 cabang membangkang dengan menolak Ahwa, empat cabang abstain, dan satu cabang mundur. Banyaknya jumlah cabang yang menjadi penolak ini membuat Miftahul Ahyar malu sekaligus marah. Sebab PWNU Jawa Timur adalah penggagas mekanisme Ahwa dalam pemilihan Rais Aam jauh sebelum PBNU membicarakannya. Bahkan, saking malunya kepada PWNU lain, Miftahul Ahyar menyatakan akan mundur dari jabatan Rais Syuriah jika dalam pemungutan suara kemarin gagasannya kalah.
Untuk menegakkan etika organisasi, PWNU tengah menyusun sanksi yang akan dijatuhkan kepada cabang-cabang yang membangkang. Setiap PCNU penolak Ahwa akan dievaluasi dan dihukum sesuai tingkat kesalahan mereka. "Sebab, kepatuhan pada kyai adalah sikap NU yang harus dijunjung," ia menegaskan.
Sebelumnya, sejumlah PCNU di wilayah mataraman menyatakan punya sikap sendiri yang tak bisa diatur oleh PWNU dalam muktamar. Mereka juga mendeklarasikan sikap menolak Ahwa.
HARI TRI WASONO