TEMPO.CO, Jombang - Setelah gagal melakukan musyawarah soal penentuan mekanisme pemilihan Rais Aam, forum Rais Syuriah di Muktamar NU ke-33 akhirnya menempuh pemungutan suara. Hasilnya mekanisme Ahwa atau perwakilan kembali diberlakukan untuk mencari pengganti KH Mustofa Bisri.
Koordinator Pondok Pesantren Denanyar yang juga Panitia Daerah Muktamar NU, Kyai Abdul Muid, mengungkap itu. Dia mengatakan para Rais Syuriah cabang dan wilayah terpaksa melakukan pemungutan suara setelah tak mencapai mufakat dalam musyawarah pada Selasa malam, 4 Agustus 2015. (Baca: Empat Pasal Ahwa Ini yang Bikin Panas Muktamar NU)
Baca Juga:
Hasilnya, jumlah pendukung Ahwa mengungguli pemilihan itu dengan perolehan 252 suara melawan 235. Sedangkan suara abstain dalam pemungutan suara itu sebanyak sembilan orang. "Mayoritas Rais Syuriah menyepakati Ahwa untuk memilih Rais Aam," kata Gus Muid kepada Tempo, Selasa, 4 Agustus 2015.
Panitia berencana membawa hasil itu ke sidang pleno untuk disahkan pada hari ini, Rabu, 5 Agustus 2015. Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo ini menjelaskan, setelah mendapat pengesahan seluruh muktamirin, maka proses pemilihan Rais Aam melalui Ahwa baru dilakukan. (Baca: Isu Politik Uang di Muktamar NU Suara Dihargai Rp 15 juta)
Rabu malam ini panitia mulai melakukan rangking terhadap nama-nama kyai yang menjadi anggota majelis Ahwa, yang telah disetorkan para delegasi saat melakukan pendaftaran. “Sembilan rangking teratas akan menjadi anggota Ahwa dan menentukan Rais Aam selanjutnya,” kata Gus Muid.
Ditargetkan pemungutan suara Rais Syuriah itu akan dilaksanakan Kamis pagi, 6 Agustus 2015 agar segera bisa dilangsungkan pemilihan ketua umum PBNU. Sebab, syarat pencalonan ketua umum harus mengantongi restu dari Rais Aam terpilih. Jadwal itu sendiri sudah molor satu hari dari rencana semula muktamar 1-5 Agustus.
HARI TRI WASONO