TEMPO.CO, Semarang - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menaksir kerugian petani akibat puso di wilayahnya mencapai Rp 175 miliar. Lahan milik petani gagal panen akibat kekeringan yang melanda sebagian besar wilayah Jawa Tengah.
“Karena lahan yang puso akibat kekeringan seluas 6.578 hektare, maka kerugian petani mencapai Rp 175 miliar,” kata Kepala Dinas Pertanian Jawa Tengah Suryo Banendro di Semarang, Senin, 3 Agustus 2015.
Kerugian itu diperhitungkan dari kegagalan panen seluas 6.578 hektare dikalikan 5,8 ton. Jika 1 kilogram gabah dihargai Rp 4.600, didapat angka Rp 175 miliar. “Itu potensi kehilangan hasilnya,” ujar Suryo.
Lahan puso meluas di berbagai kabupaten/kota di Jawa Tengah, dari Blora, Pati, Grobogan, Karanganyar, Klaten, Boyolali, Banyumas, Cilacap, Purbalingga, hingga Rembang. Karena luas tanam padi di Jawa Tengah 1,77 juta hektare, maka lahan yang mengalami puso itu hanya 0,4 persen.
Suryo menyatakan lahan padi yang puso akibat kemarau mestinya tak ditanami padi, tapi tanaman palawija. “Mereka terjebak cuaca karena pada awal tanam masih banyak air di sawahnya, sehingga mereka menanam padi,” tuturnya.
Pemerintah Jawa Tengah mengklaim sudah mengupayakan antisipasi bencana kekeringan di lahan pertanian. Misalnya dengan program pompa air. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan memberikan bantuan kepada petani yang lahannya mengalami puso. Bantuan itu berupa benih kepada pemerintah melalui program benih cadangan nasional. “Petani bisa mengajukan,” ucap Suryo.
Meski ada lahan puso, stok pangan di Jawa Tengah diprediksi tetap aman. Kepala Badan Ketahanan Pangan Jawa Tengah Withono mengatakan stok beras di masyarakat masih 1,9 juta ton. “Karena di beberapa daerah masih ada panen maka Jawa Tengah masih aman,” katanya.
Tiap bulan, kebutuhan konsumsi beras di Jawa Tengah mencapai 242 ribu ton. Tahun ini, Jawa Tengah masih mengalami surplus beras sebanyak 2,8 juta ton.
ROFIUDDIN