TEMPO.CO, Bandung - Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengatakan pemerintah provinsi menetapkan status siaga menghadapi bencana akibat kekeringan. “Kita sudah darurat kekeringan,” kata dia di Bandung, Selasa, 28 Juli 2015.
Deddy mengatakan status itu ditetapkan hingga 1 Desember 2015. “Artinya kita siaga untuk bencana menghadapi musim kering. Ini bencana alam,” kata dia. Menurut Deddy, ancaman kekeringan yang dihadapi, selain pada lahan sawah, juga air baku untuk konsumsi warga. “Masing-masing daerah buat rencana aksinya, kami memfasilitasinya."
Deddy mengatakan sejumlah upaya disiapkan untuk menghadapi bencana kekeringan. “Imbauan pertama, salat Istisqa, ternyata sudah hujan kemarin di beberapa tempat,” kata dia. “Beberapa daerah sudah bermasalah untuk air minum, tapi saya lihat sudah di suplai dengan tangki.”
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat Haryadi Wargahadibrata mengatakan ada pembagian tugas bagi sejumlah dinas teknis untuk menghadapi bencana kekeringan. “Kami berbagi tugas, BPBD misalnya untuk penyediaan air baku,” kata dia saat dihubungi Tempo, Selasa, 28 Juli 2015.
Haryadi mengatakan pemerintah kabupaten/kota juga diminta menginventarisir desa-desa yang mengalami kekeringan. “Mestinya mereka lebih tahu titiknya di mana saja, nanti kita bantu,” kata dia. Baru Kabupaten Cirebon yang mengirimkan laporannya.
Menurut Haryadi, pihaknya masih menunggu perkiraan terbaru dari Badan Meteorologi Geofisika dan Klimatologi mengenai kondisi hujan. Sejumlah daerah masih melaporkan terjadi hujan. ”Tapi semua daerah tidak sama,” kata dia.
Haryadi mengatakan logistik untuk menghadapi bencana kekeringan sudah didistribusikan ke daerah. “Logistiknya sama seperti saat menghadapi bencana, bedanya ini plus air,” kata dia.
Sejumlah ancaman bencana berpotensi terjadi di musim kering. Selain minimnya air baku, juga ancaman bencana kebakaran hutan. “Belum lama ini terjadi di Gunung Guntur,” kata Haryadi.
Khusus antisipasi bencana kebakaran hutan ini, BPBD meminta pengelola kawasan wisata hutan agar mengawasi lebih ketat pengunjung yang masuk ke kawasan hutan. Kebakaran di Gunung Guntur, misalnya, sempat menjebak puluhan pendaki saat terjadi kebakaran di gunung itu. “Tolong lebih selektif lagi, harus lebih tegas di lapangan,” kata Haryadi.
Haryadi menyebut sejumlah lokasi yang rawan terjadi kebakaran hutan. Selain Gunung Guntur, kawasan hutan di kaki Gunung Ciremai di daerah Kuningan kerap terjadi kebakaran hutan.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat Jafar Ismail mengatakan musim kemarau berpotensi mengancam budi daya ikan tambak. “Kita mengimbau pada kabuapten/kota untuk mengamankan indukan di daerah yang kekeringan, ke daerah yang masih banyak air,” kata dia di Bandung, Selasa, 28 Juli 2015.
Jafar mengklaim belum ada kerugian akibat kekeringan. Kendati demikian, produksi ikan tambak kemungkinan terpengaruh. “Kemungkinan antara 5 sampai 10 persen turunnya,” kata dia. Tahun ini target produksi ikan tambak dipatok 1 juta ton.
AHMAD FIKRI