TEMPO.CO, Yogyakarta - Kepala Badan Geologi Surono menyebut gempa di tenggara Ciamis, pada 25 Juli 2015, belum mempengaruhi aktivitas gunung api. Namun jika ada efeknya, terjadi satu hari kemudian, tergantung kondisi gunung api itu. "Memang pabrik magma di subduksi itu. Tetapi tergantung apa kantung mamanya sudah penuh atau belum," kata Surono, saat ditemui Tempo, di kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta, Sabtu, 25 Juli 2015.
Jika kantung magma sudah penuh, kata Surono, mungkin gempa itu mempengaruhi dan bisa menimbulkan letusan. Tetapi, ada juga gunung api yang sifatnya seperti air soda. Walau belum penuh, ketika diguncang terus bisa meletus. Meski demikian, tidak akan berbahaya dan sesaat. "Paling abu lah yang keluar, erupsi begitu saja," katanya.
Surono juga mengatakan, produksi magma gunung api ada di subduksi selatan. Tetapi gempa bumi 5,7 skala Richter di tenggara Ciamis itu, tidak mempengaruhi aktivitas gunung api di Indonesia. "Kalau misalnya ada pengaruh, harus ada delay waktu. Bisa satu hari, bisa tiga hari, tergantung gunungnya," kata dia.
Ihwal Gunung Raung di Jawa Timur, ia menegaskan, letusannya tidak akan seperti Merapi. Karena magma Merapi dengan Raung berbeda. "Jangan percaya Raung akan meletus seperti Merapi. Radiusnya hanya 2,5 kilometer," kata dia.
Magma Merapi lebih kental, untuk menuju ke permukaan dan meletus, butuh tenaga yang sangat besar untuk mendorong. Magma yang kental itu banyak menghasilkan gas. Begitu gasnya mengumpul, maka timbul ledakan.
Berbeda dengan magma Gunung Raung. Magmanya encer, dengan mudah naik ke atas jika tertekan sedikit saja tetapi tidak meledak. "Raung itu menjadi gunung yang tinggi dan besar bukan tumbuh seperti pohon. Dia dibangun oleh letusan yang menumpuk. Beda dengan gunung api yang letusannya dahsyat. Pucuknya selalu dihajar, batu meletus dihajar, dedel duel lagi. Seperti Gunung Kelud, puncaknya mana," kata Surono.
Menurut Sunono, abu Merapi, Kelud, dan Raung itu juga berbeda. “Abu Merapi lebih terang. Abu Raung cenderung kehitaman,” katanya.
Mengaitkan gempa dalam tadi pagi, memang pengaruhnya dirasakan ke berbagai penjuru. Seperti lampu senter yang dijauhkan dari tembok, sinarnya menyebar tetapi tingkat terangnya berbeda dengan yang didekatkan."Kami mitigasi ancaman di darat. Kementerian Perhubungan mitigasinya di udara. Biarkan Gunung Raung meraung-raung," kata Surono.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta I Gusti Made Nandaka menyatakan gempa bumi di tenggara Ciamis tidak mempengaruhi aktivitas Merapi. Statusnya juga masih normal. "Status Merapi Normal," kata dia yang menggantikan Subandriyo, akhir Juni lalu.
MUH. SYAIFULLAH