TEMPO.CO, Bandung -Kepolisian Resor Besar Kota Bandung melakukan tindakan antisipasi kisruh Tolikara merembet ke Kota Bandung. Kepolisian menempatkan dua hingga tiga anggotanya di setiap gereja yang ada di Kota Bandung.
"Kewajiban kami untuk mengamankan, takutnya ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Ada dua sampai tiga petugas yang disimpan di gereja. Ada juga yang memaksimalkan penjagaan dari securiti di setiap gereja,” ujar Kepala Polrestabes Bandung Komisaris Besar Polisi Angesta Romano Yoyol usai bersilahturahmi ke pimpinanan Gereja Katedral Santo Petrus Bandung, Kamis, 23 Juli 2015.
Angesta mengatakan, sejauh ini situasi keamanan di Kota Bandung sangat kondusif. Tidak ada gejala yang mengarah pada efek dari kisruh di Tolikara Papua.
Ia pun mengatakan, para tokoh lintas agama di Kota Bandung sudah berkomitmen menjaga keamanan dan ketertiban Kota Bandung. Caranya dengan tidak mudah terpancing oleh isu-isu yang menyesatkan. “Sampai sekarang masih kondusif,” kata dia.
Angesta melanjutkan untuk meningkatkan kewaspadaan akan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan para tokoh lintas agama. Rencananya, besok, 24 Juli 2015, tokoh lintas Agama se-Jawa Barat akan melakukan pernyataan sikap terkait kisruh Tolikara. Pada kesempatan tersebut, para pejabat tinggi Provinsi Jawa barat dan Kota Bandung, direncanakan akan turut hadir.
Hari ini, ribuan masa yang tergabung dalam keluarga besar Persatuan Islam (Persis) menggelar aksi solidaritas bagi umat muslim di Tolikara. Mereka melakukan longmarch dari Jalan Viaduct hingga menuju depan Gedung Sate melalui Jalan Wastukencana Bandung. Kemudian dari Gedung Sate, aksi solidaritas itu dilanjutkan menuju Jalan merdeka dan kembali menggelar orasi di Taman Vanda.
"Aksi ini aksi damai yg kami peruntukkan untuk saudara-saudara muslim di Tolikara, Papua," kata Koordinator aksi, Tatan Ahmad Santana kepada wartawan di sela kesibukannya berorasi di Bandung, Kamis, 23 Juli 2015.
Tujuan dari aksi solidaritas itu, kata Tatan, agar pemerintah tanggap dalam menyelesaikan masalah insiden pembakaran rumah ibadah di Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 lalu. "Kami ingin memastikan bahwa pemerintah mampu menyelesaikan persoalan Tolikara ini dan tangkap siapa pun siapa yg menjadi provokator, pelaku dan intelektual terjadinya tragedi di Tolikara," ujar dia.
Selain itu, ucap Tatan, keluarga besar Persis menghimbau agar seluruh umat muslim di Indonesia jangan mudah terprovokasi dengan insiden itu. Menurut Tantan, ada kepentingan terselubung yang mengatasnamakan agama agar umat beragama du Tanah Air tersulut.
"Walau bagaimana pun juga kami tidak ingin dihadap-hadapkan dengan pribumi di Tolikara dan kami tetap memandang mereka sebagai saudara," katanya.
Ketua Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (Jakatarub) Wawan Gunawan, mengatakan isu keagamaan merupakan masalah yang sangat mudah untuk disulut. Wawan menilai cukup janggal dengan tragedi yang menimpa umat muslim di Tolikara. Pasalnya, ucap Wawan, budaya di Papua itu santun juga tidak pernah ada konflik ideologis sebelumnya.
IQBAL T. LAZUARDI S. | AMINUDIN