Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Presiden GIDI Tolikara: Tak Ada Niat Bakar Musala

image-gnews
Peta Kabupaten Tolikara, Papua. Google Maps
Peta Kabupaten Tolikara, Papua. Google Maps
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Gereja Injili di Inonesia (GIDI), Pendeta Dorman Wandikmbo, mengatakan kericuhan pada awalnya disebabkan oleh tembakan membabi-buta polisi ke arah warga yang meminta umat Islam melaksanakan ibadah Salat Ied di dalam musala tanpa pengeras suara. Tak terima dengan berondongan peluru dari polisi, beberapa orang melampiaskan kemarahan dengan membakar kios yang lokasinya tak jauh dari musala.

"Tak pernah ada keinginan untuk membakar musala. Beberapa pemuda yang kesal melampiaskan kemarahan ke kios itu untuk menunjukkan perlawanan terhadap sikap represif polisi. Tidak pernah ada yang menyangka jika api dari kios dengan cepat membesar dan merembet ke perumahan sampai ke musala," kata Dorman saat dihubungi Tempo, Sabtu 18 Juli 2015.(baca:Rusuh Tolikara, Ini Kronologi Temuan Komnas HAM)

Kejadian bermula saat GIDI hendak melangsungkan KKR internasional di lapangan yang menjadi tempat perkara. Sebelumnya, sekitar tiga pekan sebelum melaksanakan KKR, pengurus gereja setempat telah mengeluarkan surat pemberitahuan yang diklaim sudah disetujui dan diketahui oleh pemda dan TNI/Polri setempat. "Waktu hari H, kami heran ketika polisi dan TNI membuat ibadah dilaksanakan di lapangan dan menggunakan speaker. Sebab, sudah ada surat itu," kata dia.

Dorman mengatakan saat seminar, pengeras suara membuat tidak nyaman jalannya seminar. "Jarak antar pengeras suara dengan tempat dilangsungkannya seminar hanya sekitar 250 meter," kata dia. Oleh sebab itu, beberapa pemuda mengambil inisiatif agar masyarakat melakukan ibadah di dalam musala saja. Tetapi, kata dia, polisi membubarkan para pemuda dengan berondongan senjata.

Melihat kejadian itu, suasana kacau dan tak terkendali. "Masyarakat yang ikut seminar ikut menjadi sasaran sehingga lari tunggang-langgang meninggalkan lokasi," kata dia. Kesal dengan perlakuan represif, pembakaran kios pun dilakukan sebagai bentuk perlawanan. "Jadi ini bukan pembakaran musala. Masyarakat perlu tahu bahwa ada rumah warga asli Papua yang non muslim pun ikut terbakar. Tidak ada yang menyangka api akan sangat cepat merambat dan ikut membakar sebuah musala," kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Dorman, pihak yang paling bertanggungjawab dalam peristiwa ini adalah polisi dan TNI. "Saat kami berkoordinasi dengan pengurus musala itu, mereka tidak pernah mendapat pemberitahuan dari polisi dan TNI soal lapangan yang akan dipakai seminar,"kata dia.

Dia juga mengatakan bagi umat Islam di Tolikara, beribadah di musala tanpa pengeras suara sudah bukan makanan baru. "Mereka sudah paham dan tak pernah protes. Dengan adanya upaya provokasi ini, kasihan juga mereka, lebih kasihan lagi masyarakat Papua yang dianggap anti toleransi," kata dia.

DINI PRAMITA

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara

25 April 2016

Polisi menurunkan pasukannya untuk mengamankan kerusuhan di Tolikara, Papua, Minggu, 24 April 2016 (Reuters)
Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara

Kepolisian mengungkapkan kerusuhan di Tolikara Papua merupakan kabar bohong.


Polri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara  

25 April 2016

Bupati Tolikara, Usman G. Wanimbo,SE,M.Si, memberikan bantuan modal usaha Rp. 30 juta kepada para pendagang korban peristiwa kebakaran 17 Juli 2015 di Karubaga, Papua. ISTIMEWA
Polri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara  

Polri mengakui ada seorang pegawai Dinas Kependudukan yang meninggal.


Tolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar  

24 April 2016

Polisi menurunkan pasukannya untuk mengamankan kerusuhan di Tolikara, Papua, Minggu, 24 April 2016 (Reuters)
Tolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar  

Konflik Tolikara ini sudah terjadi sejak 9 April 2016 dan berlangsung hingga hari
ini.


Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi

8 September 2015

Bupati Tolikara Usman G. Wanimbo bersama Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen TNI Fransen Sihaan serta muspida Provinsi Papua menjenguk Galibuli Jikwa (50 tahun), korban tertembak dalam rusuh Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 lalu di rumah sakit, 22 Juli 2015. TEMPO/Cunding Levi
Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi

Selain melakukan uji balistik, Polda Papua juga sudah menggelar sidang pelanggaran disiplin terhadap personel Polres Tolikara.


Jokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum  

11 Agustus 2015

Pekerja menyelesaikan pembangunan musala pasca amuk massa di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, 10 Agustus 2015. Lokasi musala itu berada di kompleks Koramil Karubaga. Musala tersebut berukuran 12 x 7 meter persegi. Derwes Jigwa
Jokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum  

Jokowi minta agar pelaku, aktor, maupun aparat yang salah prosedur penanganannya harus diperiksa dalam kasus Tolikara.


Presiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan

11 Agustus 2015

Pekerja menyelesaikan pembangunan rumah kios (ruki) pasca amuk massa di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, 10 Agustus 2015. Ada 85 ruki yang dibangun. Rinciannya, 65 ruki untuk pedagang korban pembakaran, 12 ruki untuk korban penembakan, dan 8 ruki untuk pemilik lahan tempat berdirinya kompleks ruki (status lahan itu adalah lahan ulayat). Derwes Jigwa
Presiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan

Presiden GIDI minta Kapolda Papua menyerahkan proses penyelesaian masalah tersangka kepada gereja dan umat muslim Tolikara.


Komnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara  

10 Agustus 2015

Bupati Tolikara Usman G. Wanimbo bersama Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen TNI Fransen Sihaan serta muspida Provinsi Papua menjenguk Galibuli Jikwa (50 tahun), korban tertembak dalam rusuh Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 lalu di rumah sakit, 22 Juli 2015. TEMPO/Cunding Levi
Komnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara  

Komnas HAM mendesak Menkopolhukam agar memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI mengusut penembakan Tolikara.


Rusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran  

10 Agustus 2015

Para korban tertembak dalam rusuh Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 lalu. Mereka rata-rata menderita luka tembak di bagian kaki dan tangan terkena serphan peluru. Dari 11 orang yang jadi korban tertembak, ada enam yang sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dok 2 Kota Jayapura, Papua, 22 Juli 2015. TEMPO/Cunding Levi
Rusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran  

Komnas HAM menemukan empat indikasi pelanggaran HAM pada kerusuhan di Tolikara.


Hasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM  

10 Agustus 2015

Suasana kawasan pertokoan yang kembali dibuka di kota Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, beberapa hari pasca kerusuhan Lebaran, 23 Juli 2015. TEMPO/Maria Hasugian
Hasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM  

Pemerintah memastikan kerusuhan di Kabupaten Tolikara, Papua, tidak dipicu oleh isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).


Tolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki  

10 Agustus 2015

Warga Papua menjual koran sambil membaca berita tentang situasi di Tolikara. Mereka menjajakan koran di Terminal Kedatangan, Bandara Sentani, Jayapura, 20 Juli 2015. TEMPO/Maria Hasugian
Tolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki  

Pembangunan 85 ruki dan musalah untuk menggantikan ruki dan musalah yang terbakar saat amuk massa pada 17 Juli lalu.