Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rusuh Tolikara, Pertama Kali Rumah Ibadah Dibakar di Papua  

image-gnews
Mahasiswa asal Papua membuka umbi-umbian usai dipanggang pada tradisi bakar batu di Salatiga, 6 Mei 2015. Acara ini sengaja digelar untuk menciptakan suasana damai antara warga Papua dan masyarakat Salatiga. TEMPO/Budi Purwanto
Mahasiswa asal Papua membuka umbi-umbian usai dipanggang pada tradisi bakar batu di Salatiga, 6 Mei 2015. Acara ini sengaja digelar untuk menciptakan suasana damai antara warga Papua dan masyarakat Salatiga. TEMPO/Budi Purwanto
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator Jaringan Damai Papua, Pater Neles Tebay menyesalkan kerusuhan di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua yang mengakibatkan rumah ibadah dibakar termasuk 70 rumah dan kios pada saat perayaan Idul Fitri , 17 Juli 2015.

Menurut Pater Neles,  aksi pembakaran seperti ini, baik dilakukan secara sengaja atau tanpa direncanakan, tidak dapat diterima dan dibenarkan setiap orang beriman. Budaya Papua, ia menjelaskan,  tidak mengajarkan orang untuk mengganggu , apalagi membakar, tempat ibadah. 

Tradisi budaya mengajarkan bahwa orang Papua tidak boleh mengganggu tempat-tempat yang dipandang keramat, sakral atau suci menurut budaya setempat.Tempat-tempat suci dalam budaya adalah tempat-tempat yang, menurut keyakinan orang setempat dihuni oleh roh-roh.

“Apabila menganggu tempat suci ini, menurut keyakinan orang Papua, akan ada konsekwensi terhadap dalam hidup keluarga dari orang yang mengganggu tempat tersebut. Konsewensinya bisa saja para pengganggu jatuh sakit, atau salah satu anggota keluarganya meninggal tanpa sakit terlebih dahulu, atau terjadi musibah kelaparan," kata Pater Neles kepada Tempo hari ini, 18 Juli 015.

Menurut Pater Neles,  ketika agama-agama besar seperti Kristen dan Islam masuk ke Tanah Papua, tempat ibadah seperti gereja dan masjid dipandang  sebagai tempat keramat, sakral, atau suci. “Oleh karena itu orang Papua, entah apapun agamanya, tidak pernah mengganggu, apalagi membakar entah gereja, entah masjid, selama ini. Daun rumput selembar saja tidak pernah diganggu dan dipetik dari halaman gereja atau masjid,” ujarnya.

Sepengetahuan rohaniawan Katolik ini,  peristiwa pembakaran mushala di Tolikara merupakan peristiwa pertama kali  dalam sejarah Papua. Orang Papua tidak pernah membakar tempat ibadah selama ini, kecuali yang baru terjadi di Tolikara ini.”Maka, sebagai orang Papua, saya memohon maaf atas peristiwa yang melanggar norma adat ini,” kata Pater Neles.

Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Fajar Timur ini mengakui bahwa peristiwa pembakaran tempat ibadah di Tolikara telah mencederai upaya masyarakat sipil Papua bersama semua pimpinan agama untuk mewujudkan Papua sebagai Tanah Damai.  Peristiwa ini mengingatkan bahwa kampanye Papua Tanah Damai masih terbatas hanya pada tingkat para pimpinan agama-agama. Konsep Papua Tanah Damai  ternyata masih harus dimasyarakatkan hingga di tingkat akar rumput.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rakyat, ujarnya,  perlu dilibatkan dalam diskusi, refleksi, dan bekerja sama untuk membangun Papua Tanah Damai, sehingga mereka berperan serta dalam mengupayakan dan memelihara perdamaian di tempat masing-masing.Menurut Pater Neles, para bupati di semua kabupaten di Provinsi Papua dan Papua Barat perlu memfasilitasi diksusi dan dialog internal Papua tentang Papua Tanah Damai agar semua pihak berpartisipasi dalam memelihara Papua sebagai Tanah Damai.

“Tidak ada satu pun pihak yang memuji atas tindakan pembakaran tempat ibadah ini. Tetapi juga tidak perlu langsung menuduh kelompok lain sebagai pelaku pembakaran tanpa didasarkan atas investigasi yang kredibel,” tegas Pater Neles.

Untuk ia meminta semua pihak untuk menahan diri, dan tidak memanasi situasi. Polisi diminta untuk melakukan investigasi secepatnya bukan hanya untuk menemukan para pelaku pembakaran tetapi juga menemukan faktor penyebab utama yang memicu pembakaran.

“Dengan mengetahui faktor penyebabnya, kita bisa mencegah agar hal yang tidak terulang lagi di masa depan," ujarnya. Ia juga mendorong para pimpinan agama di seluruh Tanah Papua untuk secara bersama memelihara perdamaian di bumi Cenderawasih.

 MARIA RITA

.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara

25 April 2016

Polisi menurunkan pasukannya untuk mengamankan kerusuhan di Tolikara, Papua, Minggu, 24 April 2016 (Reuters)
Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara

Kepolisian mengungkapkan kerusuhan di Tolikara Papua merupakan kabar bohong.


Polri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara  

25 April 2016

Bupati Tolikara, Usman G. Wanimbo,SE,M.Si, memberikan bantuan modal usaha Rp. 30 juta kepada para pendagang korban peristiwa kebakaran 17 Juli 2015 di Karubaga, Papua. ISTIMEWA
Polri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara  

Polri mengakui ada seorang pegawai Dinas Kependudukan yang meninggal.


Tolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar  

24 April 2016

Polisi menurunkan pasukannya untuk mengamankan kerusuhan di Tolikara, Papua, Minggu, 24 April 2016 (Reuters)
Tolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar  

Konflik Tolikara ini sudah terjadi sejak 9 April 2016 dan berlangsung hingga hari
ini.


Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi

8 September 2015

Bupati Tolikara Usman G. Wanimbo bersama Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen TNI Fransen Sihaan serta muspida Provinsi Papua menjenguk Galibuli Jikwa (50 tahun), korban tertembak dalam rusuh Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 lalu di rumah sakit, 22 Juli 2015. TEMPO/Cunding Levi
Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi

Selain melakukan uji balistik, Polda Papua juga sudah menggelar sidang pelanggaran disiplin terhadap personel Polres Tolikara.


Jokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum  

11 Agustus 2015

Pekerja menyelesaikan pembangunan musala pasca amuk massa di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, 10 Agustus 2015. Lokasi musala itu berada di kompleks Koramil Karubaga. Musala tersebut berukuran 12 x 7 meter persegi. Derwes Jigwa
Jokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum  

Jokowi minta agar pelaku, aktor, maupun aparat yang salah prosedur penanganannya harus diperiksa dalam kasus Tolikara.


Presiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan

11 Agustus 2015

Pekerja menyelesaikan pembangunan rumah kios (ruki) pasca amuk massa di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, 10 Agustus 2015. Ada 85 ruki yang dibangun. Rinciannya, 65 ruki untuk pedagang korban pembakaran, 12 ruki untuk korban penembakan, dan 8 ruki untuk pemilik lahan tempat berdirinya kompleks ruki (status lahan itu adalah lahan ulayat). Derwes Jigwa
Presiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan

Presiden GIDI minta Kapolda Papua menyerahkan proses penyelesaian masalah tersangka kepada gereja dan umat muslim Tolikara.


Komnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara  

10 Agustus 2015

Bupati Tolikara Usman G. Wanimbo bersama Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen TNI Fransen Sihaan serta muspida Provinsi Papua menjenguk Galibuli Jikwa (50 tahun), korban tertembak dalam rusuh Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 lalu di rumah sakit, 22 Juli 2015. TEMPO/Cunding Levi
Komnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara  

Komnas HAM mendesak Menkopolhukam agar memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI mengusut penembakan Tolikara.


Rusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran  

10 Agustus 2015

Para korban tertembak dalam rusuh Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 lalu. Mereka rata-rata menderita luka tembak di bagian kaki dan tangan terkena serphan peluru. Dari 11 orang yang jadi korban tertembak, ada enam yang sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dok 2 Kota Jayapura, Papua, 22 Juli 2015. TEMPO/Cunding Levi
Rusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran  

Komnas HAM menemukan empat indikasi pelanggaran HAM pada kerusuhan di Tolikara.


Hasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM  

10 Agustus 2015

Suasana kawasan pertokoan yang kembali dibuka di kota Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, beberapa hari pasca kerusuhan Lebaran, 23 Juli 2015. TEMPO/Maria Hasugian
Hasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM  

Pemerintah memastikan kerusuhan di Kabupaten Tolikara, Papua, tidak dipicu oleh isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).


Tolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki  

10 Agustus 2015

Warga Papua menjual koran sambil membaca berita tentang situasi di Tolikara. Mereka menjajakan koran di Terminal Kedatangan, Bandara Sentani, Jayapura, 20 Juli 2015. TEMPO/Maria Hasugian
Tolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki  

Pembangunan 85 ruki dan musalah untuk menggantikan ruki dan musalah yang terbakar saat amuk massa pada 17 Juli lalu.