TEMPO.CO, Medan - Sebelum jatuh di Jalan Djamin Ginting Km 10, Padang Bulan, Medan, pesawat Hercules C-130B milik TNI AU terlihat mengarahkan arah pesawatnya ke tanah kosong di belakang STMIK (Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Kristen) Kristen Neumann, Senin, 30 Juni 2015. Lokasi tanah kosong ini sekitar 200 meter dari lokasi tempat jatuhnya pesawat.
Menurut saksi mata yang melihat langsung pesawat itu jatuh, Darwin Sebayang, 20 tahun, dia melihat kepala pesawat menuju ke arah sekolahnya itu. “Pertama, dia sudah mengarah kemari, tapi ada bagian pesawat yang membentur tower radio di Simpang Simalingkar, lalu dia oleng,” ujar Darwin.
Setelah itu terjadilah ledakan pertama ketika sayap pesawat tersebut menabrak rumah toko yang ada di tepi jalan. Sedangkan ledakan kedua terjadi ketika pesawat itu menghantam bumi.
Jika dilihat di lokasi kejadian, semua sisi bangunan ruko tiga lantai di samping tempat pesawat itu jatuh tampak hitam bekas kebakaran.
Sisa bangkai pesawat yang diduga sayap sepanjang 12 meter telah diturunkan dari atap penginapan Beraspati yang hancur, ke halaman parkir STMIK Neumann. Di belakang STMIK ini ada tanah kosong, seluas sekitar 80 x 400 meter.
“Awalnya saya rasa pesawat itu mau mendarat di belakang sekolah ini, soalnya tidak mungkin dia tiba-tiba belok ke kanan. Padahal ujung runway bandara ada di sebelah kiri jalan,” kata Christian Tarigan, 45 tahun, saksi mata di lokasi kejadian.
Jika dilihat dari google maps, analisis Christian dan kesaksian Darwin masuk akal. Dengan mempertimbangkan lintasan pesawat yang take off dari Lanud Suwondo dari sisi kiri jalan, pesawat Hercules ini tiba-tiba menukik ke kanan menghantam bangunan ruko dan penginapan. Dan jika dilihat dari ketinggian, mungkin halaman belakang STMIK Neumann inilah satu-satunya harapan pilot untuk mendarat darurat di lokasi tersebut, jika terjadi kerusakan mesin.
Dua menit setelah lepas landas dari Pangkalan Udara Soewondo, Medan, kemarin, pesawat Hercules C-130B dengan nomor penerbangan A-1310 jatuh menimpa permukiman. Pesawat yang dipiloti Kapten Sandy Permana itu hendak terbang menuju Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, sebelum mengakhiri penerbangan hari itu di Bandar Udara Supadio, Pontianak.
SALOMON PANDIA