TEMPO.CO, Denpasar - Bertepatan dengan 40 hari kematian Angeline, sejumlah tokoh lintas agama di Bali melakukan doa bersama untuk mendorong kepolisian dapat mengungkapkan kasus pembunuhan ini. Acara yang digagas oleh Jaringan Peduli Kekerasan Anak dan Perempuan (JPKAP) Bali itu juga diisi dengan diskusi tentang mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak.
Doa bersama diawali oleh Ketua Majelis Utama Desa Pakraman, (MUDP) Jro Putu Suwena Upadesa dalam tatacara Hindu kemudian dilanjutkan oleh tokoh agama Islam, Kristen, dan Budha. “Kami disini bukan untuk menyalahkan salah-satu pihak, tapi bersama-sama menarik pelajaran atas peristiwa ini,” ujarnya sebelum membacakan doa. Ia berharap polisi akan bersungguh-sungguh mengungkapkan kasus ini.
Sementara itu dalam pernyataannya, JPKAP menilai pembunuhan terhadap Angeline menyadarkan semua pihak untuk makin peduli pada apa yang terjadi di lingkungannya. “Jangan sampai anak-anak menjadi korban dari masalah-masalah yang dihadapi oleh orang dewasa di sekitarnya. Negara dan masyarakat harus mengambil alih tanggung jawab bila anak-anak berada dalam keluarga atau keadaan yang mengancam masa depan atau bahkan nyawa mereka."
Selain mendesak polisi untuk mengungkapkan kasus ini, JPKAP juga mengajak masyarakat mengawasi kinerja polisi dan penegak hukum lainnya hingga didapatkan keadilan yang sebenarnya bagi Angeline. “Kami juga mendesak pemerintah dan berbagai komponen masyarakat lainnya untuk melakukan langkah-langkah kongkrit guna mencegah terjadinya penelantaran anak dan kasus sebagaimana yang dialami oleh Angeline."
Acara diakhiri dengan penandatanganan deklarasi di atas kain putih berukuran 10 x 1,5 meter yang diikuti oleh sekitar 100 peserta. Kain itu akan dibentangkan di Lapangan Renon pada Minggu, 28 Juni 2015 untuk memberi kesempatan warga ikut memberi dukungan. Selanjutnya, kain dukungan tersebut akan diserahkan kepada Kapolda Bali pada perayaan Hari Bayangkara pada 1 Juli mendatang.
ROFIQI HASAN