TEMPO.CO , Malang:Sebuah perusahaan asal Jerman berniat bekerjasama dengan Pemerintah Kota Malang untuk mengolah sampah menjadi listrik. Listrik yang dihasilkan akan disalurkan ke jaringan PT PLN (Persero). "Masih tahap perjanjian kerja, setelah lebaran dibangun instalasinya," kata Wali Kota Malang, Mochamad Anton, Jumat 19 Juni 2015.
Kebutuhan sampah untuk pembangkit listrik sebanyak 500 ton per hari. Sedangkan produksi sampah dari masyarakat sebanyak 400 ton. Sehingga perlu penambahan volume sampah di Tempat Pembuangan Akhur (TPA) Supit Urang. "Kita bisa menerima sampah dari luar Kota Malang," ujar Anton.
Gas metana yang dihasilkan dari proses penimbunan sampah, katanya, jika dilepas ke udara akan merusak ozon. Sebagai energi ramah lingkungan, mengolah gas metana berarti menjaga langit tetap biru. Sebab, jika gas metana dibiarkan lepas ke udara bebas bakal mengancam lapisan ozon. "Ozon bisa bocor," kata Anton.
Saat ini Pemerintah Kota Malang tengah melakukan studi kelayakan untuk mendata potensi gas metana yang dihasilkan. Rata-rata setiap hari jumlah sampah yang dihasilkan warga Malang mencapai 420 ton. Sampah tersebut menumpuk di TPA dengan luas lahan 32 hektare.
Gas metana TPA Supit Urang disalurkan kepada 420 keluarga sekitar TPA Supit Urang sebagai pengganti gas elpiji. Pemerintah Kota Malang tengah menyiapkan kampung mandiri energi. Sehingga TPA tak hanya menganggu warga dari aroma yang menyengat namun juga bermanfaat bagi warga setempat.
Baca Juga:
Rencananya, sampah diolah menggunakan sistem sanitary landfill yakni mengurai gas metana yang dihasilkan sampah menjadi energi listrik.
EKO WIDIANTO