TEMPO.CO, Yogyakarta - Kasiyem (50) sedang duduk di bawah tebing ketika tangannya tiba-tiba ditarik keponakannya. Tidak sempat berdiri, dia merangkak keluar tepat sebelum bongkahan batu besar menghantam tanah. Tebing di sisi barat Pantai Sadranan, Tepus, Gunung Kidul, Yogyakarta, tempat berteduhnya ambrol pada Rabu, 17 Juni 2015, pukul 14.20 WIB.
Bersama keluarganya yang tinggal di Kotagede, Yogyakarta, Kasiyem sedang berlibur untuk melakukan ritual padusan atau mandi besar menjelang puasa. Putrinya, Siska Dewi mengatakan, mendengar suara keras seperti bom sebelum debu berhamburan ke udara. "Saya duduk membelakangi tebing, tiba-tiba ada suara seperti bom," kata Siska. "Ketika menengok tebingnya sudah runtuh. Saya langsung kepikiran ibu, dan sepupu saya yang sedang hamil."
Kasiyem merupakan korban pertama yang berhasil dievakuasi. Kakinya sempat terjepit batu sebelum keluarga datang menolong. Dia langsung dilarikan ke rumah Sakit Umum Daerah Wonosari yang berjarak sekitar satu jam perjalanan dari lokasi. Siska mengatakan sebelum kejadian berlangsung dia melihat ada tiga pasang muda-mudi, lima remaja, dan beberapa anak-anak kecil di bawah tebing.
Warga asli Bulu, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul itu mengatakan biasanya di sekitar tebing sepanjang 10 meter itu selalu tergenang air laut. "Beberapakali saya kesini air laut selalu sampai bawah tebing. Ini tadi airnya surut jadi orang- orang bisa duduk di bawah tebing yang cekung," kata Siska.
Berdasarkan data yang dihimpun Tempo hingga pukul 22.00 WIB, terdapat dua korban selamat, dan lima korban meninggal. Korban.selamat adalah Kasiyem (50), dan Ahmad Taufik (20) warga Magelang. Keduanya mengalami patah kaki dan jahitan di kepala.
Sedangkan korban meninggal yang berhasil diidentifikasi adalah Doni (25) bersama Istrinya Tanty (25) warga Salam, Magelang, Jawa Tengah; Joko Susanto (35) warga Srumbung Magelang, Jawa Tengah; dan Reza umami (22) warga Srumbung Magelang. Hingga pukul 23.00 WIB proses evakuasi masih terus berlangsung.
VENANTIA MELINDA