TEMPO.CO, Bandung - Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Moeldoko enggan menanggapi calon penggantinya. "Jangan, nanti ada polemik, ada tanggapan-tanggapan. Saya nggak mau komentari," katanya seusai memberikan kuliah umum di gedung Sanusi Hardjadinata, kampus Universitas Padjadjaran, Bandung, Rabu, 10 Juni 2015.
Presiden Joko Widodo telah menyampaikan surat ke Dewan Perwakilan Rakyat tentang calon tunggal Panglima TNI pengganti Moeldoko yang akan habis masa tugasnya 8 Juli 2015. Kandidat itu adalah Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Gatot Nurmantyo. DPR akan menggelar uji kelayakan dan kepatutan calon Panglima TNI yang baru.
Walau enggan menanggapi pencalonan Gatot tersebut, Moeldoko berharap penggantinya harus mempunyai sikap yang tegas khas TNI. Selain itu, panglima yang baru nanti harus loyal kepada Panglima Tertinggi TNI atau Presiden. "Intinya kalau sudah berkaitan dengan kedaulatan, no way, harus tegas, jelas sikap TNI. Nanti kalau Panglima TNI-nya lebay (berlebihan), bisa repot," kata dia.
Kuliah umum Moeldoko di Unpad yang bertema Wawasan Kebangsaan itu berisi paparan dan tanya-jawab dengan hadirin selama satu jam lebih. Dalam materi kuliahnya, ia memaparkan situasi dan kondisi keamanan dan stabilitas negara-negara di dunia, serta dampaknya ke Indonesia, juga soal kepemimpinan. Namun ia sama sekali tak menyinggung soal calon Panglima TNI yang baru.
Menurut Moeldoko, seorang pemimpin itu harus mampu menjadi tokoh yang mempunyai keunggulan seperti moral dan akademik. Pemimpin juga berperan sebagai penyampai informasi dan pemecah masalah. "Harus integritasnya jelas, punya kapasitas, dan loyalitas terhadap negara," ujarnya.
ANWAR SISWADI