TEMPO.CO, Semarang - Pengembangan Bandar Udara Ahmad Yani, Kota Semarang, didesain ulang sebagai pusat layanan publik yang bisa digunakan untuk berwisata.
Desain pengembangan bandara baru yang diperkirakan beroperasi 2017, mengacu kondisi alam rawa dan pantai. “Bandara yang dibangun menarik pariwisata, desainernya floating air port, sealah-olah mengambang di atas air,” kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam diskusi Memacu Perluasan Landasan Pacu, di Bandara Ahmad Yani, Semarang, Selasa, 9 Juni 2015.
Ganjar menilai, desain yang ditampilkan sangat artistik. “Bangunan bandara seakan dibiarkan mengambang,” kata Ganjar. Ia memastikan, pembangunan bandara akan selesai sesuai target, 2017. Sehingga anggaran membengkak dari yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp 1,56 triliun. “Kondisi tanah geologi tinggi, dibuat satu teknologi sehingga membengkakkan anggaran,” Ganjar menjelaskan.
Proyek Manajemen Office PT Angkasa Pura Dwi Tejowati menyatakan desain ulang pembangunan bandara ini menunggu hingga penurunan tanahnya berhenti. “Nunggu beban berhenti sekitar delapan bulan. Kalau konvensional butuh waktu 2 hingga 3 tahun,” kata Dwi.
Ia mengatakan pembangunan apron pesawat di bandara lama perlu waktu penurunan tanah selama tiga tahun. Sedangkan pembangunan di rawa berair dengan kedalaman 8 hingga 12 meter perlu proses pengurukan untuk menghentikan penurunan. “Itu memerlukan waktu delapan bulan siap dibangun,” katanya.
EDI FAISOL