TEMPO.CO, Makassar - Anggota Dewan Pendidikan Kota Makassar Mahmud B.M. mengatakan kotanya sudah kelebihan guru. Sebab, kebutuhan guru di Makassar hanya sekitar 13 ribu. Tapi di lapangan sudah tercatat sekitar 18 ribu guru. “Kelebihan guru ini sebagian besar adalah dari guru honor,” ucap Mahmud kepada Tempo, Ahad, 7 Juni 2015.
Dia mengaku sangat menghargai kontribusi guru honorer dalam memajukan dunia pendidikan. Namun, dalam perjalanannya, banyak sekolah yang mengangkat guru honor tidak lagi berdasarkan kompetensi. “Tapi berdasarkan kedekatan dengan kepala sekolah,” ujar Mahmud.
Menurut dia, masalah juga timbul saat sekolah harus membayar gaji para guru honorer. Sebab, sekolah tidak memiliki anggaran khusus untuk guru honorer. Dampaknya, sekolah mengambil uang dari dana bantuan operasional sekolah. “Atau yang paling parah adalah meminta sumbangan dari orang tua siswa dengan alasan mau membayar gaji guru honor,” tutur Mahmud.
Mahmud mengatakan, saat menjabat Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, dia sudah mengimbau kepada semua sekolah di wilayah kerjanya untuk tidak lagi menerima guru honorer. Dan bagi yang sudah telanjur, diharapkan mendistribusikan guru ke sekolah yang masih membutuhkan guru. “Sehingga guru tidak menumpuk di sekolah dan wilayah tertentu saja,” ucapnya.
Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan “Danny” Pomanto juga ikut menyayangkan banyaknya jumlah guru di Makassar, karena tidak sebanding dengan peningkatan kualitas pendidikan. “Guru banyak, sudah sertifikasi, bahkan bisa dikatakan sejahtera, karena banyak guru yang sudah memiliki mobil. Anehnya, kualitas anak didik masih stagnan,” ujar Danny.
Dia menjelaskan, idealnya, satu guru menangani 20 murid. Tapi di Makassar ditemukan satu guru hanya menangani 12 murid. “Kami berharap Dewan Pendidikan bisa mengatasi masalah ini,” tutur Danny.
Ketua Ikatan Guru Honor Indonesia Sulawesi Selatan Adikam mengatakan jumlah guru honorer di Makassar sekitar 8.000, terdiri atas guru honorer yang dinaungi Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama. “Sementara Sulawesi Selatan sekitar 85 ribu orang,” ucap Adikam.
Dia berujar, jika Pemerintah Kota Makassar berencana mengurangi jumlah guru honorer, itu sudah sangat terlambat. Sebab, banyak guru honorer yang mengabdi hingga puluhan tahun. “Sehingga memang lebih bagus didistribusikan, biar merata,” tutur Adikam.
Menurut dia, kehadiran guru honorer di sekolah tidak hanya untuk mengajar, tapi juga merangkap sebagai operator. Meski begitu, kesejahteraan guru honorer belum begitu baik seperti guru yang sudah berstatus pegawai negeri sipil. “Apalagi guru honor yang di bawah Kementerian Agama, kondisinya sangat menyedihkan,” katanya.
MUHAMMAD YUNUS