TEMPO.CO, Jakarta - Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta menetapkan mantan Direktur Perusahaan Listrik Negara (PLN) Dahlan Iskan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi pembangunan gardu induk listrik Jawa Bali dan Nusa Tenggara. Proyek ini menggunakan anggaran negara 2011-2013.
"Rangkaian proses pidana sudah utuh, perannya juga sudah jelas. Kami juga telah mendapatkan dokumen yang cukup," kata Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta Adi Toegarisman, Jumat, 5 Juni 2015.
Status tersangka itu menjadi catatan buruk Dahlan Iskan, yang mengawali kerja sebagai wartawan, kemudian mendirikan berbagai perusahaan terutama media masa, dan bekerja di pemerintah. Pada September 2009, di pemerintah Dahlan ditunjuk menjadi Direktur Utama PLN.
Banyak kalangan memberi apresiasi positif putusan pemilihan Dahlan, tak sedikit yang khawatir bakal muncul aneka kepentingan bos Jawa Pos Grup yang membawahi puluhan perusahaan ini. Riyo Supriyanto, Ketua Umum Serikat Pekerja PLN, misalnya. Waktu itu langsung tidak setuju pengangkatan Dahlan Iskan.
”Kami menolak penggantian Direktur Utama PLN dari orang luar,” kata Riyo. ”Bagaimana mungkin penjual listrik ke PLN kemudian menjadi direktur PLN sendiri. Ini potensi terjadi kolusi dan nepotisme,” kata Riyo, menanggapi keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ihwal pengangkatan Dahlan sebagai Direktur PLN ketika itu.
Maju terus pantang mundur, gaya Dahlan menghadapi lawan politiknya. Semenjak memimpin PLN, Dahlan membuat beberapa gebrakan dengan mengidentifikasi masalah PLN menjadi lima musuh besar yang harus dikalahkan.
Musuh nomor 1 adalah krisis listrik. Nomor 2 panjangnya daftar tunggu pelanggan baru PLN. Musuh nomor 3 soal banyaknya gangguan trafo listrik. Musuh nomor 4 yaitu gangguan feeder (penyulang), dan musuh nomor 5 tentang inefisiensi PLN.
Ciri khas Dahlan yang paling menonjol adalah gaya manajemennya. Dua tahun menjabat Direktur Utama PLN, pada 17 Oktober 2011, Dahlan Iskan ditunjuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara.
Begitu menjadi Menteri BUMN, Dahlan menetapkan tiga misi kementeriannya, pertama, BUMN harus bisa dipakai sebagai alat ketahanan nasional. Industri strategis masuk kelompok ini, demikian juga BUMN pangan. Kedua, BUMN harus bisa berfungsi sebagai engine of growth atau mesin pertumbuhan ekonomi. Ketiga, BUMN harus bisa dipergunakan untuk menumbuhkan kebanggaan nasional.
Bos Kompas, Jacoeb Oetama, dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang menyebut Dahlan tidak pernah tampil bergaya manajer, selalu bersosok wartawan lapangan. Baju lengan panjang digulung separuh, celana jins, dan sepatu olahraga. Buat Jacoeb, gaya Dahlan seperti ingin cepat-cepat menyelesaikan apa saja, terkesan terburu-buru, seolah-olah takut disergap waktu dan bukan dia yang menciptakan waktu.
Ciri itu terlihat sewaktu Dahlan memimpin BUMN, beberapa gebrakan dilakukan antara lain membersihkan korupsi di perusahaan di bawah kementeriannya. Banyak yang gerah dengan langkah pembaharuan Dahlan. "Boleh saja (seperti) koboi, tapi jangan bentrok dengan undang-undang," kata Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso pada Juni 2012.
Karier terakhir Dahlan Iskan, yaitu mencari keberuntungan di bidang politik. Pada 20 Agustus 2013, Dahlan Iskan memastikan diri menjadi peserta konvensi bakal calon presiden dari Partai Demokrat. Sebelum selesai konvensi, Dahlan melegalkan diri sebagai kader Demokrat.
Dia pada 15 Maret 2014 resmi menjadi kader Partai Demokrat. Hasil konvensi bekas pemimpin redaksi harian Jawa Pos itu berhasil menjuarai konvensi calon presiden dari Partai Demokrat dengan popularitas mencapai 17,8 persen. Tapi ia gagal maju sebagai calon presiden, karena suara Demokrat dalam pemilu 2014 tidak mencukupi untuk mengusung calon sendiri.
Biodata Dahlan Iskan
Lahir:
Magetan, Jawa Timur, 17 Agutus 1951
Pendidikan:
- SDN Desa Bukur, Jiwan, Madiun
- Madrasah Tsanawiyah Pesantren Sabilil Muttaqien, Takeran, Magetan
- Madrasah Aliyah Pesantren Sabilil Muttaqien, Takeran, Magetan
- Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Cabang Samarinda (tidak selesai)
Karier:
- Reporter majalah Mimbar Masyarakat (1972-1976)
- Koresponden dan Kepala Biro Majalah Tempo Jawa Timur (1976-1982)
- Pemimpin Redaksi Jawa Pos (1982-1984)
- Chairman & CEO Jawa Pos (1984-2005)
- Direktur Utama PLN (2009-2011)
- Menteri BUMN Kabinet Indonesia Bersatu II (2011-2014)
EVAN/PDAT