TEMPO.CO, Kupang - Sebanyak 65 imigran Rohingya Myanmar, Bangladesh, dan Sri Lanka yang diusir Angkatan Laut Australia saat hendak mencari suaka ke Negeri Kanguru dievakuasi ke Kupang, Nusa Tenggara Timur, Selasa siang, 2 Juni 2015. Puluhan imigran itu dievakuasi menggunakan feri cepat dengan dikawal polisi.
Sebelumnya, para imigran itu diamankan Kepolisian Resor Rote Ndao setelah terdampar di Pantai Landunit. "Mereka didorong kembali ke Rote oleh tentara Australia," kata Kapolres Rote Ndao Ajun Komisaris Besar Hidayat kepada Tempo.
Para imigran itu berangkat ke Australia menggunakan kapal sendiri hingga mencapai Pulau Pasir. Namun mereka dihadang Angkatan Laut Australia dan diusir kembali ke Rote. “Kapal satunya rusak. Satunya masih bagus dan sudah disita.”
Australia mengusir mereka setelah memberikan makanan dan bahan bakar. Mereka ditemukan terdampar karena kapal yang mereka tumpangi kehabisan bahan bakar. “Mereka diselamatkan nelayan setempat sebelum diamankan polisi," ucap Hidayat.
Dari 65 imigran itu, 1 orang berasal dari Myanmar, Sri Lanka 54 orang, dan Bangladesh 10 orang. Tiga di antaranya balita, empat wanita dewasa, dan sisanya laki-laki dewasa.
Kajuran, salah satu imigran asal Sri Lanka, mengaku hendak mencari suaka ke Australia karena ia hidup susah di kampung halamannya. Ia ingin mencari kehidupan yang lebih baik.
Dia mengaku membayar ongkos yang tak sedikit untuk bisa sampai ke Australia. “US$ 6.000 dolar per orang untuk sampai ke Australia,” ucap Kajuran. Dari Sri Lanka, mereka bertahan beberapa lama di Malaysia sebelum melanjutkan perjalanan ke Australia.
YOHANES SEO