TEMPO.CO, Bogor - Ada yang beda dilakukan oleh ratusan warga dari 13 Kelurahan di Kota Bogor terutama yang tinggal di sepanjang bantaran suangai Ciliwung, dalam memeriahkan Ulang Tahun atau Hari Jadi Bogor (HJB) ke-533. Tidak ada pesta pora atau pawai kendaraan seperti yang dilakukan oleh kebayakan lainya. Tapi, warga yang dikomandoi oleh Komunitas Pecinta Ciliwung (KCP) Bogor ini, menggelar 'Lomba Mulung Sampah' atau lomba memungut sampah yang ada di sepanjang DAS Ciliwung, Sabtu, 30 Mei 2015.
Koordinator Lomba Mulung Sampah Ciliwung, Muhammad Muslich mengatakan, dalam kegiatan tersebut merupakan acara rutin tahunan untuk mengtisi dan memeriahkan Hari Jadi Bogor, ke 533 yang diperingati setiap tanggal 3 Juni.
“Ini merupakan acara tahunan, yang masuk dalam rangkaian HJB, juga sebagai bentuk kepedulian masyarakat untuk menjaga lingkungan terutama sungai Ciliwung, yang kerap dituding menjadi penyebab banjir Jakarta,” kata dia, Sabtu 30 Mei 2015, siang.
Dia mengatakan dalam kegiatan tersebut, terdapat 45 titik atau lokasi lomba mulung sampah di sepanjang 25 Kilometer sungai Ciliwung, serta terdapat 25 titik kumpul sampah yang nantinya akan diangkut oleh truk milik Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor, “Kegiatan ini sudah 6 kali kita gelar, dan untuk tahun ini ada ratusan warga dari 13 kelurahan dan puluhan pelajar, mahasiswa, TNI, Polri dan komunitas pencinta lingkungan yang terjung ke sungai untuk mulung atau memungit sampah,” kata dia.
Menurutnya, dalam pelaksanaan kegiatan mulung sampah dalam peringatan HJB ke 532 di tahun 2014 lalu, kegiatan mulung sampah Ciliwung tersebut berhasil mengangkut sebanyak 2089 karung, yang rata-rata merupakan sampah plastic dan sampah rumah tangga yang dibuang oleh masyarakat ke sungai Ciliwung, “Sampah-sampah ini langsung kita angkut menggunakan truk untuk dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA),” kata dia.
Dia mengatakan, kegiatan ini juga untuk melestarikan dan mempertahankan budaya gotong royong yang menjadi ciri dari bangsa Indonesia yang positif dan unik.
“Dalam lomba ini bukan mencari pemenang tetapi merupakan kegiatan untuk memunculkan kembali kepedulian masyarakat untuk bergotongroyong salah satunya dengan memungut sampah di sungai Ciliwung, yang jika dilihat dari grafik perolehan sampah yang dikumpulkan oleh masyarakat selalu menunjukan peningkatan,” kata dia
Muslich menegaskan jika dalam pelaksanaan Lomba Mulung Sampah Ciliwung tahun 2013 lalu, sempat masuk dalam catatan di Museum Rekor Indonesia (MURI) dalam kategori kegiatan lomba mulung sampah sungai dengan jumlah peserta terbanyak.
“Tapi tujuan yang utama dalam kegiatan mulung sampah bukan itu, melainkan menimbulkan kepedulian masyarakat untuk melestarikan lingkungan terutama sungai juga meningkatkan budaya agar tidak membuang sampah ke sungai,” kata dia.
Dipilihnya aliran sungai Ciliwung untuk pusat kegiatan tersebut karena aliran sungai sepanjang 120 kilometer yang dialiri oleh puluhan anak sungai yang berhulu di Gunung Gede Pangrango ini membelah wilayah Kota dan Kabupaten Bogor dan alirannya bermuara di laut Jakarta.
“Sungai Ciliwung mempunyai peran yang sangat penting dalam sebuah ekosistem DAS untuk menopang kehidupan masyarakat, baik di hulu maupun hilir, yakni Jakarta yang kerap dilanda banjir,” kata dia.
Menurut Dedi Supriadi, 35 tahun, salah seorang warga Katulampa, Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor, yang rumahnya berada di sekitar bantaran sungai Ciliwung, merasa bangga dan tergugah dengan kegiatan tersebut.
Ini merupakan kegiatan yang positif yang harus dipertahankan bahkan ditingkatkan lagi, saya tidak mau jika melihat sungai ini penuh sampah, dan menimbulkan bau tidak sedap serta air sungai berubah menjadi hitam seperti yang terjadi di hilir sungai (Jakarta,” kata dia.
Untuk itu, setiap tahunnya dia dan puluhan tetangga kampong tersebut, selalu ikut dan terjun menjadi peserta Lomba Mulung Sampah, “Yang kami kejar bukan hadiah tapi berapa banyak karung sampah yang kami kumpulkan dan bisa naikan ke atas untuk dibuang ke tempat sampah,” kata dia.
M SIDIK PERMANA