TEMPO.CO, Depok - Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Nining Indroyono Susilo mengatakan isu beras sintetis atau beras plastik merugikan petani beras di Indonesia. Pasalnya, isu itu berpotensi menurunkan permintaan beras karena sebagian masyarakat takut mengkonsumsi beras. "Petani dirugikan karena permintaan beras turun, sehingga akan ada substitusi ke yang lain," kata Nining, Sabtu, 30 Mei 2015.
Karena itu, pemerintah harus menjelaskan pada masyarakat mengenai isu beras plastik itu, apakah benar ada atau tidak. Bila beras plastik itu tidak ada, harus segera dilakukan klarifikasi sebaik mungkin. Namun bila isu itu benar, pemerintah mesti memperkuat pengawasan dan menghentikan peredaran beras plastik tersebut.
Baca Juga:
Menurut Nining, masalah ini bisa menjadi bahan evaluasi pemerintah untuk memperbaiki kualitas beras. Apalagi kebutuhan masyarakat akan beras yang berkualitas, seperti beras organik semakin tinggi.
Menimbang kondisi itu, ia menyarankan petani untuk lebih banyak memproduksi beras organik. Meski harga beras organik lebih mahal, beras semacam ini terus dicari pembeli karena dianggap lebih sehat dan aman. "Ini bisa menjadi kesempatan petani beras organik untuk memproduksi lebih banyak beras organik," ucapnya.
IMAM HAMDI