TEMPO.CO, Padang - Guru besar Universitas Negeri Padang, Mestika Zed, mempertanyakan gagasan penghapusan skripsi sebagai syarat kelulusan strata satu (S-1). Penghapusan skripsi itu dia nilai akan melahirkan sarjana pragmatis.
Mestika mengatakan menulis skripsi merupakan ujian pertama kesarjanaan. Mahasiswa bisa berpikir secara sistematis dan dituangkan dalam tulisan sesuai hasil penelitian.
"Ini pernah dicoba sekitar tahun 1990-an, bebas skripsi. Mahasiswa jadi tak mampu menulis dan berpikir sistematis," ujar Mestika kepada Tempo, Kamis, 28 Mei 2015.
Menurut Mestika, wacana Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir ini tidak tepat. Bongkar-pasang sistem pendidikan Indonesia ini tak akan mencerdaskan bangsa.
Sebelumnya, M. Nasir menilai penghapusan skripsi dianggap bisa menghilangkan praktek kecurangan. Namun, menurut Mestika, itu jalan keluar yang pragmatis. "Pola pikirnya pragmatis. Malas berpikir. Itu khas berpikirnya pemimpin Indonesia. Menghindari, tak memecahkan masalah," katanya.
Seharusnya, Mestika menambahkan, ada formula untuk mengontrol praktek kecurangan tersebut. Bukannya dihapuskan.
Karena itu, Mestika menantang Menteri Nasir untuk mendiskusikan gagasan ini terlebih dulu sebelum wacana tersebut menjadi peraturan. "Saya mau berdebat dengan Menteri. Silakan dibuat forumnya dan undang saya," tuturnya.
ANDRI EL FARUQI