TEMPO.CO, Makassar - Dua dari lima orang yang diduga teroris di Makassar dibekuk setelah menunaikan Salat Isya di Masjid Rahma Ar-Rauf dalam Kompleks Perumahan Bumi Pesona Pelangi, Kecamatan Rappocini, Makassar, Minggu, 24 Mei 2015. Mereka diringkus oleh anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.
"Ditangkap pas keluar masjid setelah Salat Isya," kata seorang satpam kompleks perumahan itu, Husdar, Selasa, 26 Mei 2015.
Di tempat berbeda pada hari yang sama, tim Densus menciduk tiga terduga teroris lainnya. Mereka ditangkap di sejumlah tempat yang masih berada di lingkup Kecamatan Rappocini dan Panakkukang.
Kelima terduga teroris yang ditangkap di Makassar dikabarkan masih berstatus mahasiswa sejumlah perguruan tinggi swasta. Kesamaan lainnya, mereka adalah mahasiswa perantauan. Soal itu memang dibenarkan oleh Husdar yang menyebut dua orang yang ditangkap setelah Salat Isya menjaga masjid di kompleks perumahan menggantikan saudaranya yang mudik.
Husdar mengatakan pihaknya tak menyangka kedua penjaga sekaligus imam masjid itu terlibat tindak pidana terorisme. Musababnya, yang bersangkutan dikenal sebagai pribadi yang cukup terbuka. Kedua orang itu menetap di masjid itu dalam delapan bulan terakhir. "Tinggalnya di kamar di area masjid. Tapi, bukan warga di sini yang minta," tutur Husdar.
Kepala Polda Sulawesi Selatan dan Barat, Inspektur Jenderal Anton Setiadji, membenarkan penangkapan lima orang yang diduga teroris di Makassar. Namun, pihaknya enggan berkomentar ihwal pengembangan kasus. Ia berdalih tindak lanjut penanganan perkara, termasuk peran maupun keberadaan terduga teroris itu adalah kewenangan Densus.
Dalam lima hari terakhir, anggota Densus membekuk setidaknya sembilan terduga teroris. Tujuh di antaranya ditangkap hidup-hidup di Makassar, Luwuk dan Palu. Sisanya, dua orang tewas tertembak di Poso, saat terlibat kontak senjata dengan aparat. Tim Densus juga menggeledah sebuah rumah di Gowa, Selasa, 26 Mei.
Rumah tersebut rumah seorang yang diduga teroris yang ditangkap di Jalan Trans Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat 22 Mei. Pria itu ditengarai terlibat kelompok teror sindikat Santoso, pimpinan Mujahidi Indonesia Timur. Dia ditangkap dengan barang bukti ratusan amunisi.
TRI YARI KURNIAWAN