TEMPO.CO, Jakarta - Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengakui bahwa kelompok teroris Santoso dan Basri sulit dibekuk. Namun bukan berarti tak ada cara untuk melemahkan mereka. "Caranya dengan menangkap kurir-kurirnya terus," ujar Badrodin di Mabes Polri, Selasa, 26 Mei 2015.
Santoso adalah pemimpin kelompok teroris yang diduga melakukan serangkaian tindak kekerasan di Kabupaten Poso dan beberapa daerah di Provinsi Sulawesi Tengah. Nama kelompok Santoso adalah Mujahiddin Indonesia Timur (MIT), kelompok lain dari Mujahiddin Indonesia Barat (MIB).
Adapun Basri alias Bagong adalah bagian dari kelompok Jamaah Islamiyah, induk dari MIB dan MIT. Ia divonis 19 tahun penjara atas keterlibatannya dalam serangkaian kasus kekerasan di Poso pada 2004-2006. Di antaranya pembunuhan, pengeboman, dan penembakan yang menewaskan sejumlah orang.
Pada 19 April 2013, Basri melarikan diri dari Lembaga Pemasyarakatan Klas II/B Ampana ketika diberi keleluasaan menjenguk istrinya yang tengah sakit keras. Hingga saat ini, baik Santoso maupun Basri belum juga tertangkap.
Badrodin, kelompok Santoso, dan Basri bisa dilemahkan lewat kurir karena merekalah yang membantu Santoso cs bertahan di pedalaman hutan Poso, Sulawesi Tengah. Kurir itulah yang membawa kebutuhan Santoso cs. Sejauh ini, Santoso diketahui tidak disokong kelompok teroris lain selain kurir-kurirnya.
"Kalau kurir-kurirnya ditangkap, tak ada kurir di hutan lagi, siapa lagi yang akan menyokong mereka?" kata Badrodin. Badrodin pun mengatakan sampat saat ini Densus 88 masih berfokus mengejar kurir-kurir Santoso dan Basri.
Terakhir, Densus 88 meringkus tujuh anak buah Santoso. Polisi juga terpaksa menembak mati dua anak buahnya yang lain lantaran melawan. Mereka bertugas mengirimkan logistik senjata dan bahan makanan dari kota ke lokasi persembunyian Santoso dan kelompoknya.
ISTMAN M.P.