TEMPO.CO , Jakarta: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Sudirman Said dinilai melontarkan tuduhan serius pada bekas Prsiden, Susilo Bambang Yudhoyono terkait pembubaran Petral. Politikus Partai Demokrat, Rachland Nashidik menilai Sudirman harus lebih menjaga ucapannya.
"Ia terlalu banyak bicara, seolah apa yang dilakukannya sekarang lebih baik daripada pendahulunya. Padahal jelas berbeda tindakannya," kata Rachland saat dihubungi Tempo, Kamis, 21 Mei 2015.
Pada saat pemerintahan SBY, menurut Rachland, tak ada rekomendasi maupun keinginan untuk membubarkan Petral. Sejak awal tak ada keinginan dari mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan maupun mantan Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan untuk membubarkan Petral. Baik Dahlan maupun Karen saat itu menganggap pemberantasan mafia minyak dan gas harus dilakukan bukan dengan membubarkan organisasi, tapi menangkap orangnya.
Ini sekaligus membantah tuduhan terhadap SBY yang dianggap membiarkan mafia migas berkembang pada era pemerintahannya. Petral sudah berdiri sejak zaman pemerintahan Presiden Soeharto. Apabila tak membubarkan Petral dianggap membiarkan mafia migas, maka presiden sejak sebelum SBY pun turut memiliki andil.
"Sudah, sudirman sebaiknya jangan banyak omong. Tunjukkan saja kerja dan bukti nyata kalau memang pembubaran Petral itu ada manfaatnya untuk masyarakat," kata Rachland dengan nada tegas.
Sebelumnya, Sudirman Said mengatakan kepada Presiden Joko Widodo kalau masalah pemberantasan mafia migas selalu berakhir di Istana Negara. Ucapan ini seolah memberi sinyal kalau ada intervensi dari pejabat tinggi, meski pembubaran Petral sudah menjadi wacana sejak lama.
URSULA FLORENE SONIA