TEMPO.CO, Yogyakarta - Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Daerah Istimewa Yogyakarta meminta Pemerintah DIY untuk menerapkan konsep kearifan lokal dalam pembangunan desain bandar udara baru yang akan dibangun di Kulon Progo. Lantaran banyak bandara di Indonesia yang sudah mengantongi status bandara internasional, tetapi kehilangan kekhasannya di tiap daerah.
“Landing di bandara di Lombok, Kuala Namu Medan, Bali, sama saja. Bangunannya rasa internasional. Yang beda hanya namanya,” kata Ketua IAI DIY Arief Heru Swasono saat memberi masukan Rancangan Undang-undang tentang Arsitek di hadapan Komisi V DPR di Gedung Pracimosono Kepatihan Yogyakarta, Jumat, 22 Mei 2015.
Bahkan dalam desain arsitektur calon bandara baru itu pun, Arief mengaku pemerintah DIY tidak melibatkan IAI. Bahkan pemerintah DIY telah menggandeng Grama Vikash Kendra (GVK) Power & Infrastructure sebagai investor yang akan mengadopsi desain bandara di Mumbai. “Kami hanya bisa memberi masukan agar pemerintah tidak melupakan lima tipologi,” kata Arief.
Tipologi bangunan di DIY berdasarkan konsep kearifan lokal meliputi bangunan dengan tipologi klasik, tradisional, seperti candi, kolonial, dan indish. Sedangkan selama ini yang dipahami pemerintah daerah hanya sebatas bangunan yang bercorak konstruksi tradisional. Sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Konstruksi. “Itu pembacaan perencanaan konstruksi yang sembrono. Kesannya, yang penting ada tempelan ornamen tradisional daerah saja,” kata Arief.
Tak hanya bandara, menurut Arief, bangunan hotel di Yogyakarta juga sudah kehilangan konsep arsitektur yang mengedepankan kearifan lokal. “Bangunannya pakai tipologi Barat semua,” kata Arief.
Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi DIY Budi Antono enggan memberikan komentar soal kritikan desain bandara tersebut. “Itu bukan kritikan, tapi masukan. Nanti kami lihat lagi,” kata Budi singkat sambil buru-buru masuk ke dalam mobil.
Ketua Komisi V DPR Fary Djemi Francis meminta pemerintah DIY untuk memperhatikan aspirasi publik berkaitan dengan pembangunan bandara. “Untuk melindungi arsitektur lokal dan bangunan-bangunan lokal,” kata Fary.
PITO AGUSTIN RUDIANA