TEMPO.CO, Lumajang - Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Gatot Nurmantyo menjanjikan tugas ke luar negeri bagi prajurit terbaik selama menjalankan tugas pengamanan perbatasan. "(Tugas ke luar negeri) sebagai pasukan penjaga perdamaian," kata Gatot saat memberikan pengarahan kepada ratusan personel Batalyon Infanteri 527 Baladika Yudha, Lumajang, Selasa, 19 Mei 2015.
Dari total 462 personel prajurit di markas tersebut, 350 di antaranya akan dikirim ke perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan. Menurut Gatot, menjalankan tugas operasi bagi tentara merupakan momentum yang ditunggu-tunggu.
Sebaliknya, prajurit yang ditinggal di markas akan protes. "Kalau disuruh perang, seperti disuruh pesta dangdut. Prajurit yang mendapat tugas akan merasa senang," ujar mantan Panglima Daerah Militer V/Brawijaya ini.
Gatot menambahkan, tugas ke arena peperangan merupakan hal yang ringan bagi prajurit. Sebaliknya, tugas menjaga keluarga prajurit yang ditinggal di barak justru berat. "Itu tugas paling berat," tuturnya. Karena itu, tugas Korum (prajurit yang bertanggung jawab menjaga anggota keluarga yang ditinggal bertugas) dipegang oleh prajurit yang sudah matang. "Karena menjaga pangkalan dan institusi."
Selain menjanjikan reward kepada prajuritnya, Gatot juga akan memberikan sanksi kepada prajurit yang tidak disiplin saat menjalankan tugas. "Tidak disiplin sekali saja akan dipulangkan untuk kemudian diproses. Kenaikan pangkat ditunda paling belakang," ucapnya.
Seorang prajurit yang tidak disiplin, ujar Gatot, sama artinya dengan tidak mampu menjaga nama baik kesatuannya. Karena itu, Gatot berpesan agar di daerah operasi para anak buahnya bisa menjaga kondisi fisik. "Jaga fisik dan belajar jika (setelah ini) berencana masuk Secaba atau Secapa," katanya.
Untuk para prajurit Baladika Yudha yang akan dikirim ke perbatasan, Gatot menuturkan mereka sudah dibekali persiapan panjang. Persiapan tersebut, menurut dia, sudah berlangsung selama enam bulan. "Baik personel, latihan, perlengkapan, serta senjatanya," ujarnya.
TNI Angkatan Darat, kata Gatot, mengikuti perkembangan dalam mengirimkan prajurit ke daerah operasi. Jika sebelumnya dikirim ke Papua, misalnya, selanjutnya akan digeser ke daerah lain, seperti Nusa Tenggara Timur maupun Kalimantan. "Bervariasi. Tidak ada prajurit yang berhenti di tempat yang sama karena akan merugikan mereka sendiri," dia menjelaskan.
DAVID PRIYASIDHARTA