TEMPO.CO, Boyolali- Pengelola Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) menyatakan banyak pendaki Gunung Merapi yang melanggar aturan. "Sebelum mendaki, setiap pendaki selalu kami beri arahan agar tak melebihi Pasar Bubrah. Karena titik aman hanya sampai di situ," ujar Pelaksana Harian Kepala Balai TNGM Tri Atmojo kepada Tempo di Balai TNGM, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa, 19 Mei 2015
Menurut Tri, banyak pendaki yang tidak menaati aturan itu. "Semakin berbahaya. Apalagi anak muda. Peringatan yang diberikan tak dihiraukan," ucap Tri. Tapi Tri mengakui, sebelum kasus Erri Yunanto, tidak ada korban jiwa di puncak Merapi.
Tri melanjutkan, saat pendaki sudah tiba di kawasan puncak, pihaknya semakin sulit melakukan pengawasan karena di sana hanya ada papan peringatan yang berisi imbauan agar pendaki hanya mendaki sampai Pasar Bubrah. "Sejak pendakian dibuka kembali 16 Maret lalu, hampir setiap akhir pekan total pendaki 400-500 orang," katanya.
Atas tewasnya Erri Yunanto, 21 tahun, mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang terjatuh saat akan turun setelah berfoto di Puncak Garuda, Tri mengatakan Balai TNGM menutup sementara jalur pendakian ke gunung tersebut mulai Ahad, 17 Mei 2015, hingga Kamis, 21 Mei 2015.
"Insya Allah, kalau hari ini selesai evakuasi, kami akan melakukan evaluasi internal soal langkah ke depannya," kata Tri. Ia tidak menutup kemungkinan penutupan jalur pendakian akan diperpanjang.
Sementara itu, selama evakuasi jenazah Erri dilakukan di puncak Merapi, aktivitas warga di kawasan Selo tidak terganggu. Angkutan umum rute Selo-Boyolali yang menopang aktivitas warga pun tetap beroperasi seperti biasa.
MUHAMMAD RIFQY FADIL