TEMPO.CO, Bangkalan - Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, KH Syarifudin Damanhuri, menilai tes keperawanan bagi perempuan yang ingin menjadi anggota TNI tidak sejalan dengan ajaran Islam. "Tes keperawanan tidak menghormati perempuan. Padahal Islam sangat memuliakan perempuan," katanya, Sabtu, 16 Mei 2015. "Bahkan ada hadis Nabi menyebutkan wanita saleh adalah tiang negara.”
Menurut kiai yang akrab disapa Syarif ini, tes keperawanan bisa menjadi jalan untuk membuka aib seseorang. Padahal, kata dia, hilangnya keperawanan tidak semata disebabkan oleh hubungan intim.
Dalam masyarakat indonesia, kata dia, ketidakperawanan bisa menjadi aib yang memalukan. Padahal Islam melarang seorang muslim membuka aib sesama muslim. "Berzina pun sunahnya tidak mengakui perzinahan itu," ujarnya.
Jika tes keperawanan yang disyaratkan TNI bertujuan mencari perempuan bermoral baik, Syarif menyarankan tes keimanan. Menurut dia, pengetahuan seseorang tentang keimanan dan ajaran Islam bisa menjadi tolok ukur paling akurat untuk mengetahui baik-tidaknya moral seorang perempuan dibanding tes keperawanan.
Ketua Gerakan Pemuda Ansor Bangkalan Hasani Zubair setuju dengan usul mengubah tes keperawanan menjadi tes keimanan. Bagi dia, keperawanan tidak bisa dijadikan tolok ukur penilaian baik-buruknya moral seorang perempuan. "Tes keperawanan bentuk diskriminasi terhadap perempuan," katanya.
Hasani mengatakan, daripada mengurusi urusan keperawanan, TNI sebaiknya berfokus memperkuat pertahanan negara di perbatasan yang kerap diganggu negara tetangga. "Islam memuliakan perempuan, tes keperawanan tidak memuliakan perempuan," ucapnya.
MUSTHOFA BISRI