TEMPO.CO, Jakarta - Bandar Udara Internasional Juanda, Surabaya, memiliki perangkat detektor sinar-X berstandar internasional. Deteksi terhadap penumpang maupun barang bawaannya tidak lagi dilakukan singleview, melainkan multiview.
Penegasan ini terkait kasus Rustawi Tomo Kabul, petani asal Malang, yang ditahan di Brunei Darussalam. Rustawi, yang terbang dalam rombongan jemaah umrah, kedapatan membawa bahan peledak jenis bondet atau bom ikan serta sejumlah peluru dan senjata tajam dalam tas kopornya. Ia ditahan ketika maskapai Royal Brunei yang ditumpanginya transit di Bandara Brunei pada Sabtu, 2 Mei 2015.
"Alat sinar-x yang digunakan Juanda tidak kalah canggih dengan yang digunakan oleh Bandara Brunei," kata General Manager Bandar Udara Internasional Juanda, Surabaya, Yanus Suprayogi, ketika ditemui usai serah terima jabatan di Hotel Sheraton, Jumat dinihari, 8 Mei 2015.
Dia juga memastikan prosedur pemeriksaan secara seksama telah ditunaikan petugas keamanan di Bandara Juanda. Hal itu terbukti dengan diketahuinya benda yang dimaksud empat butir peluru itu. Namun kala itu benda itu dianggap mainan karena benda tak lagi memuat bahan peledak.
"Itu bagian ujung pelurunya sudah dimodifikasi sedemikian rupa, sudah dipotong. Bahan peledaknya sudah diambil, jadi sebetulnya tidak masalah," ujarnya.
Meski begitu, Yanus mengatakan akan memeriksa kondisi di lapangan lebih lanjut. Dia juga berjanji akan mengevaluasi agar kejadian tersebut tidak terulang kembali. "Dengan kejadian tersebut, Juanda harus selalu meningkatkan kewaspadaannya."
EDWIN FAJERIAL