TEMPO.CO, Yogyakarta - Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Daerah Istimewa Yogyakarta Kiai A. Muhaimin menyatakan Islam menghormati perempuan sebagai pemimpin. Bahkan ada Ratu Bilqis pada zaman Nabi Sulaiman.
Berkaitan dengan Sabda Raja Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X yang mengganti nama anak sulungnya, Gusti Kanjeng Ratu Pembayun menjadi Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram sekaligus sebagai putri mahkota, Muhaimin menyangsikan kemampuannya.
“Persoalannya, apakah perempuan yang menjadi ratu memiliki syarat pemimpin yang kapabel, berkapasitas, punya akseptabilitas, juga berintegritas?” tanya Muhaimin saat ditemui di Ndalem Yudhonegaran, Yogyakarta, Kamis, 7 Mei 2015.
Saat ditanya apakah Pembayun dianggap tidak memenuhi kriteria seorang pemimpin, Muhaimin mengelak. “Saya enggak bilang begitu, ya,” kata Muhaimin. Menurut Muhaimin, ini bukan semata persoalan memperjuangkan keadilan gender. “Gender itu hanya kamuflase. Ada tendensi-tendensi yang ditulis dengan gender,” kata Muhaimin.
Muhaimin membenarkan bahwa tendensi yang dimaksud adalah tentang kekuasaan. Dia sendiri hadir ke Ndalem Yudhonegaran untuk memberikan masukan berkaitan dengan substansi Sabdaraja I dan II kepada adik-adik Sultan yang menolak.
Permaisuri Sultan, Gusti Kanjeng Ratu Hemas, yang acap bersuara lantang memperjuangkan kesetaraan gender, hingga berita ini diturunkan belum bisa dihubungi. Telepon dari Tempo dialihkan dan pesan pendek yang dikirim belum juga dibalas.
PITO AGUSTIN RUDIANA