Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pos Pengamatan Didirikan untuk Mengusir PKL

Editor

Raihul Fadjri

image-gnews
Sejumlah model dengan didandani tata rias Paes Ageng berada di kawasan Titik Nol Kilometer, Yogyakarta, (26/6). Kegiatan Parade Paes Ageng yang diikuti oleh 23 model dengan melibatkan 23 perias dai mahasiswa UNY tersebut dalam rangka memeriahkan perhelatan Festival Kesenian Yogyakarta 2012. ANTARA/Noveradika
Sejumlah model dengan didandani tata rias Paes Ageng berada di kawasan Titik Nol Kilometer, Yogyakarta, (26/6). Kegiatan Parade Paes Ageng yang diikuti oleh 23 model dengan melibatkan 23 perias dai mahasiswa UNY tersebut dalam rangka memeriahkan perhelatan Festival Kesenian Yogyakarta 2012. ANTARA/Noveradika
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta menyatakan mulai Juni 2015 ini mulai membangun pos permanen di kawasan Titik Nol Kilometer guna mensterilkan kawasan itu dari Pedagang Kaki Lima liar yang terus bermunculan meski sudah ada larangan tegas.

“Posko ini akan dijaga 12 orang petugas tiap shifnya dalam sehari agar PKL tak lagi nekat berjualan,” ujar Pelaksana Harian Kepala Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta, Udiyono, Rabu 6 Mei 2015.

Udiyono menuturkan, upaya pemerintah mensterilkan kawasan Titik Nol Kilometer yang menghubungkan Jalan Malioboro dengan kawasan Jeron Beteng Keraton Yogya  itu sejak tiga tahun terakhir kurang memuaskan.
 “Hanya mengandalkan operasi temporer, sehingga tak maksimal,” ujar dia.

Titik Nol Kilometer menjadi kawasan strategis tempat berkumpulnya  wisatawan di Yogyakarta. Kondisi ini dinilai memancing PKL nekat berdatangan untuk menggelar lapak dagangannya sehingga menjadikan kawasan itu tampak semrawut. Terlebih saat liburan panjang,

“Para PKL ini biasanya datang mulai pukul 16.00 sampai pukul 22.00 WIB, puluhan jumlahnya sehingga kami kesulitan jika harus kucing-kucingan menertibkan,” ujar dia.

Titik Nol Kilometer dinilai justru kerap lebih padat dari Jalan Malioboro. Sebab wisatawan di kawasan ini bisa transit sebelum menuju area wisata lain atau menuju terminal Senopati dan Ngabean yang berada di sisi timur dan barat Malioboro. “Sterilisasi PKL di Titik Nol Kilometer sudah harga mati, jadi berapa kali sidang untuk penertiban PKL ini akan kami tempuh,” ujar Udiyono.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Udiyono menuturkan sterilisasi itu sudah diatur tegas dalam Peraturan Daerah Kota Yogyakarta nomor 26 tahun 2002 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima.

Selain Titik Nol Kilometer, wacana pendirian pos pengawasan PKL di kawasan lain juga tengah dikaji. Seperti di area Alun-Alun Utara yang kini juga tahap penataan.

Koordinator Divisi Keamanan, Ketertiban dan Kelancaran Lalu Lintas Unit Pelaksana Teknis Malioboro Achmad Samsyuddin menuturkan, wacana penertiban PKL melalui pendirian pos sebenarnya sudah ditunggu lama pihaknya. “Keberadaan PKL di Titik Nol Kilometer berpotensi mengganggu kelancaran lalu lintas yang hendak keluar dari Malioboro terutama saat libur panjang,” ujar dia. Sering PKL nekat memajang gerobak jualannya di bahu jalan dan menolak menyingkir meski diingatkan berkali-kali.

Kepala Bidang Kebersihan Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Udi Santoso menuturkan, munculnya PKL di Titik Nol Kilometer mempengaruhi perubahan distribusi sampah pasca kawasan jeron Beteng ditutup untuk bus wisata. “Wisatawan yang malas ke Alun-Alun mengumpul di Titik Nol dan sampah ikut menumpuk di situ,” ujar dia. Dalam sehari, sampah di kawasan Malioboro sampai Titik Nol Kilometer rata-rata sekitar 2 ton. “Alun-Alun Utara bisa bersih, tapi sampah beralih ke titik lain.”

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cerita dari Kampung Arab Kini

3 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.


Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

6 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


Sederet Aktivitas Terlarang di Malioboro Saat Libur Lebaran, PKL Liar Sampai Merokok Sembarangan

22 hari lalu

Kawasan Titik Nol Kilometer, ujung Jalan Malioboro Yogyakarta tampak lengang saat pelaksanaan Pemilu pada Rabu siang, 14 Februari 2024. (Tempo/Pribadi Wicaksono)
Sederet Aktivitas Terlarang di Malioboro Saat Libur Lebaran, PKL Liar Sampai Merokok Sembarangan

Satpol PP Kota Yogyakarta mendirikan Posko Jogoboro untuk pengawasan aktivitas libur Lebaran khusus di kawasan Malioboro mulai 8 hingga 15 April 2024


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

43 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

47 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

51 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Pemilik Usaha Kuliner Daging Anjing di Solo Minta Pemerintah Beri Solusi Terbaik: Jangan Asal Menutup

20 Januari 2024

Ketua paguyuban pedagang atau pemilik usaha kuliner olahan daging anjing Agus Triyono memberikan pernyataan kepada wartawan di Kota Solo, Jawa Tengah, Sabtu, 20 Januari 2024. Para pedagang berharap ada solusi bagi mereka terkait rencana pengaturan atau pelarangan peredaran daging anjing di Kota Solo. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Pemilik Usaha Kuliner Daging Anjing di Solo Minta Pemerintah Beri Solusi Terbaik: Jangan Asal Menutup

Mereka berharap bisa beraudiensi dengan jajaran Pemkot Solo dan komunitas pecinta anjing untuk mendapatkan solusi tersebut.


Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Ilustrasi badai. Johannes P. Christo
Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.


Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Hujan akibatkan kanopi di Stasiun Tugu Yogyakarta roboh, Kamis, 4 Januari 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.


Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi meletus lagi, mengirim material vulkanik hingga setinggi tiga kilometer di atas puncak gunung itu, Jumat pagi 10 April 2020. Letusan itu adalah yang ketujuh sejak yang pertama Jumat pagi 27 Maret lalu. FOTO/DOK BPPTKG
Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.