TEMPO.CO, Bandung - Jumlah peserta ujian nasional tingkat sekolah menengah pertama dan sederajat yang berlangsung 4-7 Mei 2015 di Kota Bandung tercatat 40.892, terdiri atas 37.206 siswa SMP, 3.686 pelajar madrasah tsanawiyah, dan 888 peserta ujian kesetaraan paket B. “Tidak ada sekolah yang ujian online di Bandung,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Elih Sudiapermana.
Berturut-turut sejak hari pertama hingga terakhir, mata pelajaran yang diujikan adalah bahasa Indonesia, matematika, bahasa Inggris, dan IPA. Soal ujian kiriman dari percetakan telah diterima sejak Kamis malam lalu dan kini telah berada di lima sekolah subrayon.
Soal rawan kecurangan pada UN SMP kali ini, Elih telah meminta semua kepala SMP dan siswa jujur dalam ujian. Pegawai yang curang akan diberi sanksi, sedangkan siswa yang mendapatkan kunci jawaban hasil bocoran diminta melapor. “Kami akan beri penghargaan ke siswa yang menginformasikan,” ucap Elih.
Menurut Elih, perolehan nilai UN SMP berpengaruh sebagai persyaratan masuk SMA atau SMK negeri. “Siswa diminta supaya tidak percaya pada bocoran soal dan kunci jawaban karena tidak dijamin kebenarannya,” ujarnya.
Aktivis pendidikan yang juga guru SMAN 9 Bandung, Iwan Hermawan, menuturkan UN SMP lebih rawan kecurangan. “Sebab, hasilnya untuk menentukan siswa masuk SMA negeri,” katanya. Dia juga mengkhawatirkan sumber kebocoran dari hulu, seperti kasus UN SMA beberapa waktu lalu.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menyatakan telah berupaya lebih untuk mencegah kebocoran soal ujian. Kementerian menghubungi pihak percetakan untuk merahasiakan soal, memutus komputer di percetakan dari hubungan Internet, dan menambah jumlah penjaga di percetakan.
ANWAR SISWADI