TEMPO.CO, Jakarta - Harimau Sumatera di Aceh sudah puluhan tahun diburu lalu kulitnya dibikin patung. Salah satu pemburu yang terkenal di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Barat bernama Yan Kule, 47 tahun. “Aku tak pernah bawa senjata saat berburu,” katanya kepada Tempo akhir Maret lalu di Takengon, Aceh Barat.
Yan menggunakan benda apa pun saat membunuh. Di perburuan terakhirnya pada 2004, ia membunuh harimau jantan sepanjang sekitar 1,6 meter dengan batu yang ia temukan dari dasar danau. Ia menyelam ke dalam danau untuk mendekati sang harimau agar tak ketahuan. Saat keluar dari air tangannya yang memegang batu dihantam ke kepala sang harimau. “Dia mati di tempat,” kata Yan.
Tak ada penduduk di Aceh Barat dan Bener Meriah yang membantah cerita Yan. Tagore Abubakar, mantan Bupati Bener Meriah periode 2007–2012 dan kini menjabat sebagai anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, mengatakan cerita Yan memang benar. Tiap berburu ia selalu membawa harimau yang banyak. “Kadang–kadang aku beli karena dia sudah aku anggap adik,” kata Tagore.
Yan bercerita mewariskan ilmu berburunya itu dari sang ayah. Sejak umur 17 tahun ia sudah berburu harimau. Pria yang hanya lulus SD ini mengaku bahkan bisa memanggil harimau. Setelah ia panggil, lalu dibunuh. Menurutnya, alam yang menyerahkan harimau itu kepadanya.
Tiap berburu, Yan paling tidak membawa pulang satu kulit harimau. Biasanya tiap berburu ia membawa tiga kulit harimau yang ia bunuh dengan berbagai cara. Dagingnya ia makan sebagai penghangat tubuh.
Paling sering ia menggunakan jerat. Tali yang menjerat sang harimau kemudian ia gunakan untuk mencekik leher harimau hingga mati. “Kadang–kadang harimaunya mati karena saya cekik,” katanya. Itu sebabnya ia diberi nama Yan Kule. Dalam bahasa Gayo, Kule berarti harimau.
Kini Yan mengaku tidak pernah berburu lagi. Pada 2004 lalu ia dipanggil polisi dan tentara, dan melarangnya untuk berburu harimau. Populasi harimau di Aceh saat ini diperkirakan tinggal 150 ekor. Jumlah mereka terus merosot lima tahun belakangan akibat perburuan liar. Mereka juga kerap dibunuh karena memangsa ternak penduduk. Yan, kini masih menerima orderan berburu harimau. “Meski lebih banyak berkebun, berburu itu hobi utamaku,” katanya. Cerita lengkapnya ada di majalah Tempo pekan ini.
TIM INVESTIGASI