TEMPO.CO, Kediri - Sebanyak 350 personel Batalyon Infanteri (Yonif) 521 Kediri bakal mendapat tugas memberantas pembalakan hutan dan peredaran narkoba selama dikirim ke perbatasan Indonesia-Malaysia. Selama sepuluh bulan, para prajurit ini harus bertahan dengan bekal dan uang saku pas-pasan.
Minimnya jumlah uang saku prajurit terungkap saat Panglima Komando Daerah Militer V/Brawijaya Mayor Jenderal Eko Wiratmoko meninjau kesiapan pasukan di Markas Yonif 521 Kediri pada Jumat, 24 April 2015.
Kepada Eko, seorang prajurit mengaku mendapat uang saku Rp 1,8 juta per bulan selama bertugas di perbatasan. "Pengalaman tugas sebelumnya, kami bisa menabung Rp 800 ribu. Sisanya untuk kebutuhan sehari-hari," kata prajurit tersebut.
Eko menjelaskan bahwa uang tersebut merupakan bekal awal yang diberikan kepada setiap prajurit selama dikirim menjaga tapal batas antarnegara. Biasanya para prajurit akan menggunakan uang itu untuk membeli bahan-bahan kebutuhan pokok. Mereka juga tidak mendapatkan uang kemahalan karena fasilitas itu hanya berlaku untuk wilayah tugas di Papua.
Untuk menunjang kebutuhan hidup prajurit, setiap pos jaga dibekali benih sayuran. Benih hasil sumbangan produsen benih itu akan ditanam di lahan pos penjagaan sehingga bisa dipetik untuk bahan makanan sehari-hari.
Meski nominalnya tak terlalu banyak, Eko mengklaim bahwa jumlah tersebut sudah mencukupi. Bahkan semua personel yang pernah ditugaskan di sana selalu bisa menyisihkan untuk tabungan. "Lebih dari cukup menurut saya," ujar Eko.
Eko menambahkan, tugas para prajurit di garis perbatasan cukup berat. Selain menjaga otoritas wilayah, mereka juga masih diwajibkan mencegah penyelundupan narkoba dan pembalakan liar.
Peran para tentara menanggulangi kejahatan menjadi penting karena pelaku pembalakan kayu ataupun pengedar narkoba sering memanfaatkan jalur perbatasan negara sebagai lalu lintas penyelundupan. Menurut Eko, bila ada pelaku yang tertangkap, langsung diserahkan ke kepolisian setempat.
HARI TRI WASONO