TEMPO.CO, Jakarta - Tiga jembatan ambrol akibat banjir di Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu, 22 April 2015. Jembatan besar penghubung Tempel-Pakem di Sleman ambrol. Dua jembatan lain di Kecamatan Berbah juga ambrol.
"Karena hujan deras dan banjir di sungai," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman Juli Setiono, Kamis, 23 April 2015. Jembatan di atas Sungai Pules di Dusun Pules Lor, Donokerto, Turi, Sleman, itu ambrol sekitar pukul 21.30 WIB. Fondasi jembatan itu terkikis.
Selain itu, jembatan kecil di Sendangtirto dan Tegaltirto ambrol. Keduanya merupakan jembatan penghubung antardesa. Hujan yang mengguyur Sleman sejak Selasa sore, 22 April 2015, juga menyebabkan 95 rumah terendam. Sejauh ini belum ada laporan kerusakan parah yang menimpa rumah-rumah tersebut. "Kami masih mendata kerugian," kata Juli.
Menurut Kepala Seksi Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Agus Budi Santoso, tidak ada material letusan Merapi pada 2010 yang menjadi lahar hujan. "Murni karena hujan. Tidak ada material vulkanis," katanya.
Namun, kata Agus, material sisa erupsi Merapi 2010 masih banyak berada di hulu sungai di gunung itu. Di antaranya di Sungai Boyong sebanyak 2 juta meter kubik. Di Sungai Kuning masih ada 1 juta meter kubik, sementara di Sungai Opak ada 2,6 juta meter kubik.
Lalu di Kali Gendol masih ada 14,9 juta meter kubik material erupsi. Sedangkan di Kali Woro, yang masuk wilayah Klaten, masih ada 4,8 juta meter kubik. "Potensi banjir lahar hujan kecil karena musim hujan sudah terjadi empat kali. Abu sudah terkikis dan banjir tidak membawa material erupsi," kata Agus.
MUH. SYAIFULLAH