TEMPO.CO, Bojonegoro-Komunitas Pemerhati warga Samin menyayangkan pelarangan pemutaran film berjudul Samin VS Semen produksi Watchdoc di kampus Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang. Padahal film berdurasi 39 menit 25 detik itu lebih bercerita soal gerakan perlawanan Sedulur Sikep (Samin) di Rembang dan Pati atas rencana pembangunan pabrik semen.
"Kami menyayangkan pelarangan pemutaran film itu," ujar Koordinator Gerakan Rakyat Menggugat Eko Arivianto, Selasa, 21 April 2015.
Gerakan Rakyat Menggugat merupakan komunitas pemerhati masyarakat Samin di Blora, Tuban dan Bojonegoro. Eko heran pelarangan pemutaran Samin VS Semen justru datang dari kampus. Padahal, perguruan tinggi seharusnya bisa membantu mensosialisasikan nilai-nilai kearifan lokal yang tergambar dalam film tersebut.
Ia mencontohkan mengapa warga Samin di Blora, Rembang, Pati dan sebagian Bojonegoro sampai menolak pendirian pabrik semen tersebut. Alasannya, kata dia, karena daerah-daerah tersebut dilewati Pegunungan Kendeng yang di dalamnya terdapat sumber mata air.
Jika tanahnya dieksplorasi untuk pembuatan semen, maka sumber mata air tersebut bakal menjadi rusak. "Jadi, dasar penolakan warga Samin rasional," katanya.
Eko meminta Universitas Brawijaya sebagai kelompok intelektual kampus jernih melihat persoalan, termasuk alasan penolakan warga Samin terhadap rencana pendirian pabrik semen.
Apalagi, kata dia, orang-orang yang terlibat di balik pembuatan film tersebut juga mudah dilacak. Misalnya Gun Retno dan adiknya, Gunarti, yang merupakan tokoh Samin dari Sukolilo, Pati. Ada juga Priyanto, tokoh muda asal Pati dan seniman Melanie Subono. "Jadi, patut disayangkan kalau film ini dilarang diputar di kampus," kata dia.
Terlebih di Blora, ujarnya, film itu telah sering ditonton oleh masyarakat. Bahkan, film yang pengambilan gambarnya dilakukan di Tuban, Rembang dan Pati pada Januari hingga Februari 2015 ini juga akan diputar di Cepu dan Bojonegoro. "Saya rasa tidak ada yang patut dicurigai," katanya.
Samin VS Semen mengisahkan pengikut ajaran Samin Surosentiko di pegunungan kars Kendeng, Jawa Tengah, yang menolak industri semen. Para ibu berjuang mempertahankan lahan pertaniannya yang telah beralih fungsi menjadi kawasan tambang semen.
Sebelumnya, Universitas Brawijaya melarang pemutaran Samin VS Semen oleh Lembaga Pers Mahasiswa DIANSS Fakultas Ilmu Administrasi pada 1 Mei atau bertepatan dengan Peringatan Hari Buruh Sedunia. "Utusan dekanat menganggap film tersebut provokatif," kata anggota DIANSS, Esa Kurnia Alfarizi, Senin, 20 April 2015.
Larangan dekanat Universitas Brawijaya dikeluarkan pada 16 April 2015. Alasannya karena pada 1 Mei bertepatan dengan hari libur sehingga tidak diperbolehkan ada kegiatan mahasiswa di dalam kampus.
SUJATMIKO