TEMPO.CO, Malang - Universitas Brawijaya (Unbraw) Malang melarang pemutaran film dokumenter oleh Lembaga Pers Mahasiswa DIANSS Fakultas Ilmu Administrasi. LPM DIANSS rencananya memutar dua film, yakni Alkinemokiye dan Samin VS Semen produksi Watchdoc. Kedua film ini diputar pada 1 Mei, bertepatan dengan Hari Buruh.
"Utusan dekanat menganggap film tersebut provokatif," kata pegiat LPM DIANSS, Esa Kurnia Alfarizi, Senin, 20 April 2015.
Baca Juga:
Larangan dekanat Unbraw dikeluarkan pada 16 April 2015. Alasan lain pelarangan juga karena 1 Mei hari libur dan dilarang ada kegiatan mahasiswa di area kampus. LPM mengunggah video larangan oleh pejabat dekanat di YouTube pada 18 April 2015. Rekaman berdurasi delapan menit itu direkam secara sembunyi-sembunyi.
Esa mengklaim kedua film itu tak memiliki unsur provokatif. Film Alkinemokiye-From Struggle Dawns New Hope mengisahkan perjuangan buruh tambang Freeport di Papua yang memperjuangkan peningkatan upah. Film berdurasi sekitar 60 menit itu dibuat pada 2011.
Sedangkan film Samin VS Semen mengisahkan pengikut ajaran Samin di pegunungan kars Kendeng, Jawa Tengah, yang menolak industri semen. Para ibu berjuang mempertahankan lahan pertanian yang telah beralih fungsi menjadi kawasan tambang semen.
LPM DIANSS telah melayangkan surat terbuka tentang pelarangan film tersebut. Dalam surat itu, mereka menyayangkan larangan pemutaran film di dalam kampus. Larangan itu, menurut LPM DIANSS, menunjukkan bahwa demokratisasi di dalam kampus telah hilang.
Juru bicara Universitas Brawijaya Malang, Anang Sujoko, saat dihubungi wartawan menjelaskan tengah membahas kedua film itu apakah terdapat unsur provokatifnya. Ia mengaku belum tahu isi film tersebut serta tak mengetahui larangan pemutaran film oleh pejabat di dekanat.
Menurut Anang, film dilarang diputar di kampus jika bertentangan dengan ideologi ketuhanan. Seperti film Senyap atau The Look of Silence karya Joshua Oppenheimer. "Seharusnya tak ada larangan, kecuali bertentangan dengan ideologi ketuhanan," katanya.
EKO WIDIANTO