TEMPO.CO, Padang - Menteri Kesehatan Nila Djuwita Anfarsa Moeloek khawatir atas tidak seimbangnya persentase anak yang mengalami obesitas dengan kekurangan gizi.
"Anak kurang gizi masih 19 persen. Tapi obesitas atau kegemukan naik 11 persen," ujar Nila di Bandara Internasional Minangkabau, Padang Pariaman, Sumatera Barat, Kamis, 9 April 2015.
Menurut dia, di tengah suburnya tanah Indonesia, seharusnya tidak boleh ada anak yang kekurangan gizi. "Seperti ayam mati di lumbung padi. Kita harus berikan edukasi kepada masyarakat dan mengingatkan akan begitu suburnya tanah kita," ujarnya.
Kata Nila, masyarakat harus memiliki inovasi untuk mengatasi masalah kekurangan gizi. Misalnya, memanfaatkan pekarangan rumah atau polybag untuk menanam sayur-sayuran. "Tomat dan pepaya bisa tumbuh di situ. Tak susah seperti negara yang memiliki empat musim," ujarnya.
Buah pepaya yang masih muda, misalnya, kata Nila, bisa dimakan. "Apalagi kalau sudah matang, banyak mengandung vitamin. Daunnya juga bisa dipakai. Jadi tak mungkin kekurangan gizi," ujarnya.
Nila mengatakan, kalau tak mampu membeli daging, masyarakat bisa mengkonsumsi ikan. Apalagi Indonesia memiliki banyak ikan. "Proteinnya lebih tinggi daripada daging. Jika masyarakat bisa berubah, Indonesia tak perlu menunggu 100 tahun untuk perbaikan gizi."
Menurut Nila, ibu-ibu harus bertanggung jawab kepada anak mereka sejak lahir dengan memberikan asupan gizi yang baik. Di antaranya memberikan air susu ibu kepada anak. "ASI mutlak diberikan. Kekuasaan Allah. ASI tak bayar. Gizinya tak ada yang mengalahkan," ujarnya
Saat menyusui, kata Nila, ibu harus mengelus kepala bayinya. Menurut dia, mengelus kepala bayi baik untuk perkembangan otak anak. "Lalu yang penting juga adalah imunisasi," ujarnya.
ANDRI EL FARUQI