TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan menyatakan produksi nata de coco menggunakan urea dan Zwavelzure Amoniak (ZA) tetap aman dikonsumsi. Urea dan ZA diperlukan sebagai sumber nitrogen untuk mendukung pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum.
Menurut Kepala Biro Hukum dan Humas Badan POM Budi Djanu Purwanto, nata de coco adalah produk pangan hasil fermentasi dengan bahan baku air kelapa dan menggunakan starter bakteri Acetobacter xylinum. Aktivitas bakteri tersebut akan menghasilkan lembaran-lembaran selulosa berwarna putih keruh, yang semakin lama semakin tebal, dan produk yang dihasilkan mempunyai tekstur kenyal.
Untuk mendukung pertumbuhan Acetobacter xylinum, dibutuhkan kondisi optimum berupa pH, suhu, dan asupan nutrisi yang sesuai. Salah satu nutrisi yang berperan penting dalam pertumbuhan Acetobacter xylinum adalah nitrogen.
Amonium sulfat atau disebut juga ZA dengan rumus kimia (NH4)2S04 dan urea dengan rumus kimia CH4N2O merupakan sumber nitrogen yang baik untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum. "Amonium sulfat atau ZA dan urea berfungsi sebagai bahan penolong golongan nutrisi untuk mikroba," kata Budi dalam siaran pers yang diterima Tempo, Kamis, 9 April 2015.
Namun, dalam rangka keamanan pangan, ZA dan urea yang digunakan harus jenis food grade atau khusus untuk pangan. Sebab, jika menggunakan non-food grade dikhawatirkan ada potensi cemaran logam berat.
"Faktor keamanan pangan lain yang perlu mendapat perhatian dalam pembuatan nata de coco adalah penerapan praktek cara produksi pangan olahan yang baik," kata Budi.
Sebelumnya, aparat Polres Sleman menemukan adanya produksi olahan nata de coco yang terbuat dari endapan air kelapa dicampur dengan pupuk ZA. Itu dilakukan industri rumahan yang berada di bangunan bekas SDN Semarang 3, Sidomulyo, Godean, Sleman.
AMIRULLAH