TEMPO.CO, Jakarta -Nurul Izzah, putri pemimpin oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim, bertandang ke kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) pada Sabtu sore, 4 April 2015. Politikus oposisi dari Partai Keadilan Rakyat ini datang bersama sejawatnya di Parlemen, Tian Chua dan saudarinya, Nurul Iman. Rencananya, mereka ke Indonesia untuk bertemu para tokoh politik, aktivis, media dan meminta dukungan kebebasan demokrasi lewat gerakan March 2 Freedom.
"Karena rakyat di Malaysia tak hanya UMNO, tetapi multikultur," kata Izzah di kantor Kontras, Jalan Borobudur, Menteng, Jakarta Pusat pada Sabtu sore, 4 April 2015.
Ia menampik kalau gerakannya bersifat individual, yakni untuk membebaskan bapaknya yang lima kali menjalani penahanan.
"Ini perjuangan untuk kebabasan rakyat Malaysia," ujarnya.
Menurut dia, partai yang telah berkuasa selama setengah abad di Malaysia, United Malays National Organisation mengekang kebebasan berpendapat. Buktinya, kata dia, sejak 2013 pemerintah melakukan siasat dengan menahan 200 orang aktivis, dosen, kartunis, politikus yang dianggap menghasut massa.
"Kalau tidak dilawan, kami akan kehilangan kesempatan untuk menjadi negara adil dan menjungjung keberagaman."
Sebelumnya, pada Senin 16 Maret 2015, Nurul Izzah ditangkap polisi atas tuduhan melakukan penghasutan. Penangkapan ini terkait dengan pernyataannya di depan parlemen yang mengkritik pengadilan. Dia mempertanyakan independensi pengadilan karena menghukum penjara ayahnya.
Di kantor Kontras, ia mempertanyakan ironi penangkapannya. "Padahal saya ini menanyakannya di forum resmi di Parlemen," kata dia.
Adik Izzah, Iman, mengatakan sejak di penjara bobot badan ayahnya menyusut. Begitu pula tekanan darahnya yang meurun menjadi 87/50.
MUHAMMAD MUHYIDDIN