TEMPO.CO, Kediri-Upaya menangkal gerakan radikal terus dilakukan aparat keamanan di sejumlah daerah. Kali ini personil Brigade Mobil Polda Jawa Timur masuk ke Pondok Pesantren Lembaga Dakwah Islam Indonesia untuk memberikan ceramah kebangsaan.
Di depan ratusan santri Pondok Pesantren Al Barokah LDII Kediri, personil Sub Detasemen 1 Kompi C Brimob yang ditunjuk menjadi penceramah memaparkan bahaya paham radikalisme dan anti-Pancasila. Para santri dan pengasuh pondok diminta mewaspadai munculnya pontensi gerakan radikal di dalam pondok.
"Kita tak ingin paham seperti ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) muncul di pesantren," kata Wakil Komandan Sub Den 1 Kompi C Brimob Inspektur Satu Sukadi, Kamis, 2 April 2015.
Sukadi menambahkan potensi kemunculan paham radikalisme ini bisa datang setiap saat. Karena itu, upaya cegah tangkal terus dilakukan dengan melibatkan tokoh agama termasuk pondok pesantren. Meski sosialisasi ini dilakukan di pondok pesantren milik organisasi LDII, namun dia membantah jika polisi memberikan perhatian khusus terhadap pondok tersebut.
Selain berceramah di pondok pesantren, Brimob Kediri juga menjaring para pengangguran dan komunitas punk. Kelompok remaja ini diketahui kerap berada di jalanan dan mengamen di setiap perempatan.
Mereka, menurut Sukadi, sangat rawan menjadi incaran indoktrinasi untuk melakukan perbuatan di luar nalar. "Dalam waktu dekat kita akan kumpulkan anak-anak punk," kata Sukadi.
Sementara itu pengasuh Pondok Pesantren Al Barokah, Sunarto mengaku tak terusik dengan sosialisasi tersebut. Dia bahkan merasa mendapat perlindungan dari aparat keamanan dalam situasi seperti ini.
Sunarto juga berkomitmen untuk ikut berperan aktif menangkal gerakan radikalisme melalui peran para dai lulusan LDII yang terjun ke masyarakat. "Kita sependapat untuk menolak gerakan radikal," katanya.
HARI TRI WASONO