TEMPO.CO, Jakarta - Kandidat doktor asal Indonesia di Universitas Marmara, Turki, Muhammad Syauqillah, mengatakan hingga kini masih berkomunikasi dengan dua adik kelasnya yang telah bergabung dengan Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS).
Mereka adalah Wijangga Bagus Panulat dan Yazid Ulwan Falahuddin. Yazid, 19 tahun, adalah pelajar di Imam Hatip School (SMA), sementara Wijangga, 20 tahun, merupakan mahasiswa teknik komputer di Institute of High Technology.
Menurut Syauqillah, Yazid dan Bagus masih sering berkomunikasi dengannya dan rekan-rekannya melalui media sosial. Namun usaha untuk mengajak dua orang itu pulang selalu gagal.
"Doktrinnya sudah sangat kuat. Kami yang masih kontak melalui media sosial ini tak pernah didengar mereka," ujar Syauqillah di Setara Institute, Senin, 30 Maret 2015.
Bahkan, tutur Syauqillah, nasihat orang tua masing-masing dari mereka sudah tak didengar.
"Orang tuanya sering menitipkan pesan, tapi tak dibalas," katanya. "Mungkin salah satu alasannya, mereka takut kalau pulang bakal kena pidana."
Menurut dia, Yazid dan Bagus justru kadang mengarahkan pembicaraan dan mengajak rekan-rekannya bergabung dengan ISIS.
"Tapi saya sudah kasih tahu ke adik-adik di sana, jangan pernah mau karena tak akan berujung baik," ujar Syauqillah.
INDRI MAULIDAR