TEMPO.CO, Bandung - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) untuk jenis Premium dan solar membuat pusing Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Dia mengaku kebingungan untuk mengatur tarif angkutan kota (angkot) yang menjadi moda transportasi andalan Kota Bandung.
"Waktu naik dan turunnya BBM terlalu cepat, saya jadi riweuh (repot) atur tarif angkot," ujar Ridwan di Gedung Sasana Budaya Ganesha, Jalan Tamansari, Bandung, Selasa, 31 Maret 2015. Menurut Emil, sapaan akrab Ridwan, kenaikan harga BBM ini menjadi prioritas Kota Bandung dalam bertindak.
"Cukuplah saya fokus dulu bagaimana warga Bandung diberi keadilan soal tarif angkot," ujar Ridwan. Untuk itu, kata dia, saat ini Pemerintah Kota Bandung tengah mencari solusi agar dapat mengikuti fluktuasi harga BBM.
Tarif angkot di Kota Bandung akhir-akhir ini berubah dengan cepat dan membuat warga Bandung mengeluh. Pada November 2014, tarifnya naik sebesar 30 persen atau naik Rp 1.000 dari tarif sebelumnya. Saat itu Ridwan mengatakan kenaikan tarif merupakan buah kesepakatan antara pemerintah daerah dengan DPC Organisasi Angkutan Darat (Organda) dan Koperasi Angkutan Bandung Tertib (Kobanter).
Pada akhir Januari 2015, Pemerintah Kota Bandung menurunkan tarif angkot sebesar Rp 500. Tarif itu disesuaikan dengan biaya operasional kendaraan yang terimbas karena penurunan BBM. Angkanya berada di kisaran 10-15 persen. Namun, harga perlengkapan kendaraan, seperti suku cadang, oli, dan sebagainya, tidak masuk perhitungan. Beberapa pihak saat itu sepakat mengenai besaran penurunan tersebut.
Pemerintah secara resmi menaikkan harga BBM untuk jenis Premium Ron88 dan solar pada Sabtu lalu. Harga Premium naik sebesar Rp 500 dari Rp 6.900 menjadi Rp 7.400 per liter, sedangkan untuk solar naik dari Rp 6.400 menjadi Rp 6.900 per liter.
PERSIANA GALIH